Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Frisia | |
Bahasa | |
Bahasa ingvaeonik yang tidak diketahui | |
Agama | |
Paganism Jermanik | |
Kelompok etnik terkait | |
Sachsen, Angle, Chauci, Frisiavone |
Frisii adalah suku Jermanik yang hidup di wilayah delta Rhein–Meuse–Scheldt dan Ems, dan diduga merupakan nenek moyang suku bangsa Frisia saat ini.
Frisii merupakan salah satu suku-suku Jermanik yang menetap di wilayah pesisir Laut Utara setelah mereka mengalahkan bangsa Kelt pada abad ke-4 SM. Suku ini mengendalikan wilayah yang terbentang dari Bremen hingga Brugge modern. Mereka juga menaklukkan pulau-pulau kecil di pesisir Laut Utara. Pada abad ke-1 SM, suku Frisii berhasil menghentikan serangan Romawi dan mempertahankan kemerdekaan mereka.[1] Sebelum dimulainya Masa Migrasi pada tahun 300 M, suku Frisii dan suku Chauci, Sachsen dan Angle menghuni pesisir Eropa daratan dari wilayah Zuyder Zee hingga Jutlandia selatan.[2] Suku-suku ini memiliki kebudayaan material yang sama, sehingga tidak dapat didefinisikan secara arkeologis.[3] Mereka pada awalnya berbatasan dengan suku Ampsivarii yang tinggal di mulut Sungai Ems hingga sekitar tahun 58 M,[4][5] tetapi kemudian suku Chauci mengusir suku Ampsivarii dan menjadi tetangga suku Frisii.
Suku Chauci di timur pada akhirnya terasimilasi oleh suku Sachsen pada abad ke-3. Beberapa anggota suku Frisii mungkin telah bergabung dengan suku Franka atau Sachsen pada akhir periode Romawi, tetapi mereka tetap dianggap memiliki identitas yang berbeda oleh orang Romawi paling tidak hingga tahun 296. Mereka kemudian dipindah paksa sebagai laeti [6] (hamba pada zaman Romawi) dan kemudian menghilang dari catatan sejarah. Keberadaan mereka untuk sementara waktu pada abad ke-4 telah dipastikan oleh penemuan tembikar yang hanya dapat ditemui di Frisia pada abad ke-4, yang menunjukkan bahwa terdapat orang Frisii yang telah menetap di Flandria dan Kent,[7] kemungkinan sebagai laeti yang tunduk kepada Romawi.
Wilayah suku Frisii ditinggalkan oleh banyak penduduknya pada tahun 400 akibat peperangan yang dipicu oleh periode migrasi, memburuknya kondisi iklim, dan banjir yang dipicu oleh kenaikan permukaan laut. Wilayah ini sempat kosong selama satu atau dua abad, dan kemudian wilayah tersebut kembali dapat dihuni. Pada masa itu, para pemukim baru yang datang ke wilayah ini disebut "orang Frisia". Catatan sejarah dari abad pertengahan yang menyebutkan "orang Frisia" mengacu kepada para pemukim ini dan bukan kepada suku Frisii kuno.[8]