Pembunuhan Ali | |
---|---|
Lokasi | Kufah, Kekhalifahan Rasyidin (sekarang Irak) |
Koordinat | 32°01′43″N 44°24′03″E / 32.02861°N 44.40083°E |
Tanggal | 26 Januari 661 |
Sasaran | Ali bin Abi Thalib |
Senjata | Pedang beracun |
Korban tewas | Ali bin Abi Thalib |
Pelaku | Abdurrahman bin Muljam |
Artikel ini merupakan bagian dari seri |
Ali bin Abi Thalib |
---|
Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat Kekhalifahan Rasyidin, dibunuh oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam pada tanggal 26 Januari 661 Saat memimpin salat subuh di Masjid Agung Kufah. Ali, yang pada saat itu berumur 62 atau 63 tahun, meninggal karena luka-lukanya, dua hari setelah Ibnu Muljam memukul kepalanya dengan pedang yang dilapisi racun, pada tanggal 21 (atau 17) Ramadan 40 Hijriyah (28 Januari 661 M).[1] Ali adalah khalifah ke empat, setelah Umar dan Utsman, yang dibunuh.
Ali menjadi khalifah setelah terbunuhnya Utsman pada tahun 656. Namun, dia menghadapi tentangan dari berbagai faksi termasuk Gubernur Syam, Muawiyah bin Abu Sufyan. Sebuah perang sipil, yang disebut Fitnah Pertama, terjadi di negara Islam awal yang mengakibatkan penggulingan Khalifah Rasyidin dan berdirinya dinasti Umayyah. Hal ini dimulai ketika Khalifah Utsman bin Affan dibunuh pada tahun 656 dan kemudian dilanjutkan melalui pemerintahan Ali selama empat tahun.[2] Setelah Ali setuju untuk melakukan arbitrase dengan Muawiyah bin Abu Sufyan pada saat Pertempuran Shiffin (657), sebuah pemberontakan terjadi terhadap Ali yang dilakukan oleh beberapa anggota tentaranya, yang kemudian dikenal sebagai Khawarij ("mereka yang keluar").[3] Mereka membunuh beberapa pendukung Ali, tetapi mereka dihancurkan oleh pasukan Ali pada Pertempuran Nahrawan pada bulan Juli 658.[4]
Abdurrahman bin Muljam bertemu dengan dua orang Khawarij lainnya yaitu Al-Burak bin Abdillah dan Amru bin Bakr at-Tamimi di Mekkah, dan menyimpulkan bahwa situasi umat Islam pada saat itu disebabkan oleh kesalahan Ali, Muawiyah dan Amru bin Ash, Gubernur Mesir. Mereka memutuskan untuk membunuh ketiganya agar menyelesaikan "situasi menyedihkan" pada masa mereka dan juga membalas dendam kepada teman-temannya yang terbunuh di Nahrawan. Bertujuan untuk membunuh Ali, Abdurrahman bin Muljam menuju Kufah di mana dia jatuh cinta pada seorang wanita yang saudara dan ayahnya meninggal di Nahrawan. Wanita tersebut setuju untuk menikah dengannya jika saja dia bisa membunuh Ali. Akibatnya, Ali ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam di Masjid Agung Kufah. Setelah kematian Ali, Abdurrahman bin Muljam dihukum mati sebagai pembalasan oleh Hasan bin Ali.[5]