| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Amenophis IV, Naphurureya, Ikhnaton[1][2] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Firaun | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Masa pemerintahan | (Dinasti ke-18 Mesir) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pendahulu | Amenhotep III | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pengganti | Smenkhkare | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pasangan |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Anak | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ayah | Amenhotep III | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ibu | Tiye | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Meninggal | 1336 atau 1334 SM | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Makam |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Monumen | Akhetaten, Gempaaten | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Agama |
Akhenaten (diucapkan sebagai /ˌækəˈnɑːtən/ ⓘ),[8] juga dieja sebagai Akhenaton[3][9][10] atau Echnaton[11] (bahasa Mesir: ꜣḫ-n-jtn ʾŪḫə-nə-yātəy, pelafalan [ˈʔuːχəʔ nə ˈjaːtəj] ⓘ,[12][13] terj. har. 'Yang bermanfaat bagi Aten'), adalah seorang firaun Mesir kuno yang memerintah ca 1353–1336[3] atau 1351–1334 SM,[4] penguasa kesepuluh dari Dinasti kedelapan belas. Sebelum tahun kelima pemerintahannya, ia dikenal sebagai Amenhotep IV (bahasa Mesir: jmn-ḥtp, artinya "Kepuasan Sang Amun", dihellenisasi sebagai Amenophis IV).
Sebagai seorang firaun, Akhenaten terkenal karena meninggalkan politeisme tradisional Mesir dan memperkenalkan Atenisme, atau ibadah yang berpusat pada Aten. Pandangan para Egiptologis berbeda mengenai apakah kebijakan keagamaan itu benar-benar monoteistik, atau apakah itu monolatristik, sinkretistik, atau henoteistik.[14][15] Pergeseran budaya dari agama tradisional ini terbalik setelah kematiannya. Monumen Akhenaten dibongkar dan disembunyikan, patung-patungnya dihancurkan, dan namanya tidak termasuk dari daftar penguasa yang disusun oleh para firaun kemudian.[16] Praktik keagamaan tradisional secara bertahap dipulihkan, terutama di bawah penerus dekatnya Tutankhamun, yang mengubah namanya dari Tutankhaten pada awal masa pemerintahannya.[17] Ketika belasan tahun kemudian, para penguasa tanpa hak suksesi yang jelas dari Dinasti Kedelapan Belas mendirikan dinasti baru, mereka mendiskreditkan Akhenaten dan penerus langsungnya dan menyebut Akhenaten sebagai "musuh" atau "penjahat" dalam catatan arsip.[18][19]
Akhenaten hampir hilang dari sejarah hingga ditemukannya Amarna pada akhir abad ke-19, atau Akhetaten, ibu kota baru yang ia bangun untuk memuja Aten.[20] Selanjutnya, pada tahun 1907, mumi yang mungkin milik Akhenaten digali dari makam KV55 di Lembah Para Raja oleh Edward R. Ayrton. Pengujian genetik telah menentukan bahwa pria yang dimakamkan di KV55 adalah ayah Tutankhamun,[21] tetapi identifikasinya sebagai Akhenaten telah dipertanyakan.[6][7][22][23][24]
Penemuan kembali Akhenaten dan penggalian awal Flinders Petrie di Amarna memicu minat publik yang besar terhadap kehidupan pribadi Alhenaten dan ratunya Nefertiti. Ia digambarkan sebagai sosok yang "enigmatis", "misterius", "revolusioner", "idealis terhebat di dunia", dan "individu pertama dalam sejarah", namun juga sebagai "sesat", "fanatik", dan "gila".[14][25][26][27][28] Ketertarikan publik dan ilmiah terhadap Akhenaten berasal dari hubungannya dengan Tutankhamun, gaya unik dan kualitas tinggi dari gambar seni yang ia dukung, dan agama yang ia coba dirikan, yang menandakan monoteisme.