Alain Prost | |
---|---|
Lahir | Alain Marie Pascal Prost 24 Februari 1955 Lorette, Loire, Prancis |
Tinggi | 1,67 m (5,5 ft) |
Berat | 61 kg (134 pon) |
Suami/istri | Anna-Marie Prost
(m. 1980, divorced) |
Anak | 3, termasuk Nicolas |
Karier Kejuaraan Dunia Formula Satu | |
Kebangsaan | Prancis |
Tahun aktif | 1980–1991, 1993 |
Tim | McLaren, Renault, Ferrari, Williams |
Mesin | Ford, Renault, TAG, Honda, Ferrari |
Jumlah lomba | 202 (199 start) |
Juara Dunia | 4 (1985, 1986, 1989, 1993) |
Menang | 51 |
Podium | 106 |
Total poin | 768.5 (798.5) |
Posisi pole | 33 |
Lap tercepat | 41 |
Lomba pertama | Grand Prix Argentina 1980 |
Menang pertama | Grand Prix Prancis 1981 |
Menang terakhir | Grand Prix Jerman 1993 |
Lomba terakhir | Grand Prix Australia 1993 |
Tanda tangan | |
Penghargaan | |
Alain Marie Pascal Prost, OBE, Légion d'honneur (lahir 24 Februari 1955) merupakan mantan pembalap Formula Satu asal Prancis yang sudah empat kali merebut gelar juara dunia F1. Dari 1993 hingga 2001, Prost memegang rekor sebagai pembalap dengan kemenangan terbanyak yaitu 51 kali kemenangan. Michael Schumacher kemudian memecahkan rekor tersebut pada GP Belgia 2001. Prost juga menerima gelar sebagai salah satu atlet terbaik Abad 20 bersama Pelé, Muhammad Ali, Carl Lewis, dan Steffi Graf.[1]
Prost memulai balapan kartingnya pada usia 14 tahun saat ia berlibur bersama keluarganya. Ia lantas berkompetisi dalam berbagai ajang junior, di mana ia kemudian memenangkan kejuaraan Formula Junior Prancis dan Eropa tiga kali berturut-turut, sebelum bergabung dengan tim McLaren pada tahun 1980 di usia 25 tahun. Ia kemudian berkembang cepat di ajang F1 dan meraih kemenangan perdananya di rumah sendiri pada GP Prancis 1981, satu tahun setelah ia masuk ke F1, di mana saat itu ia bergabung dengan tim Prancis, Renault F1.
Selama 1980-an dan sampai awal 1990-an, Prost membentuk persaingan sengit dengan beberapa pembalap, terutama Ayrton Senna, dan juga Nelson Piquet serta Nigel Mansell. Pada tahun 1986, di lomba terakhir musim itu, Prost berhasil menjadi juara dunia setelah Nelson Piquet kandas saat melakukan pitstop dan Nigel Mansell tersingkir dari lomba. Ayrton Senna lantas bergabung dengan Prost di McLaren pada tahun 1988 dan keduanya kemudian memiliki rivalitas yang tinggi yang sering kali berbau kontroversial, termasuk tabrakan di Grand Prix Jepang 1989 yang memberikan Prost gelar juara dunia untuk ketiga kalinya. Setahun kemudian di tempat yang sama pula mereka bertabrakan lagi, tetapi kali ini Prost, yang mengemudi untuk Ferrari, kalah. Sebelum akhir musim 1991 Prost secara mendadak dipecat oleh Ferrari karena berkata lantang dengan mengatakan bahwa mobil Ferrarinya mirip truk.[2] Setelah cuti sementara pada tahun 1992, Prost bergabung dengan tim Williams di 1993, dan kemudian kembali menjadi juara dunia setelah juara 1992, Nigel Mansell keluar dari F1 untuk berkompetisi di CART. Sesaat setelah berhasil menjadi juara dunia 1993, Prost lantas memutuskan untuk pensiun,[3] dan menyerahkan kursinya di Williams pada mantan rival beratnya, Ayrton Senna.
Pada tahun 1997, Prost mengambil alih tim F1 Prancis, Ligier, dan menjalankannya dengan nama Prost Grand Prix sampai bangkrut pada tahun 2002. Tim Prost kemudian ia hidupkan lagi untuk turun berlaga di ajang Andros Trophy, yang merupakan kejuaraan balap di atas es.[4][5] Di ajang ini Prost sukses meraih 38 kemenangan lomba dan tiga gelar kejuaraan pembalap.[6]
Prost banyak disebut orang sebagai pembalap dengan gaya halus dan santai di belakang kemudi. Ia sendiri menyebut bahwa dirinya terinspirasi oleh idola pribadinya seperti Jackie Stewart dan Jim Clark.[7] Prost sering dijuluki sebagai "Profesor" berkat pendekatan intelektual dalam kompetisi balap F1. Ia dikenal terampil menyiapkan mobilnya untuk kondisi balapan, dan juga handal dalam menghemat rem dan ban di awal lomba, dengan harapan bisa digeber sampai akhir perlombaan.[8] Jurnalis olahraga bermotor Denis Jenkinson menjelaskan Prost sebagai: "orang yang sangat hangat dan simpel yang tidak bergantung pada semangat atau inspirasi. Ia juga tidak memanjakan diri dengan kecakapan memainkan pertunjukan atau beragam omong kosong. Ia memiliki tingkat disiplin mental yang tinggi di luar pemahaman kebanyakan orang."[9]