Antinutrien adalah senyawa alami atau sintetis yang mengganggu penyerapan nutrisi.[1] Studi nutrisi fokus pada antinutrien yang biasa ditemukan dalam sumber makanan dan minuman.
Banyak metode tradisional dalam menyiapkan makanan seperti fermentasi, memasak, dan mengolah biji-bijian yang dapat meningkatkan kualitas gizi makanan nabati melalui pengurangan antinutrien tertentu seperti asam fitat, polifenol, dan asam oksalat.[2] Metode pemrosesan seperti ini banyak digunakan dalam masyarakat yang menjadikan sereal dan kacang-kacangan sebagai bagian utama dari makanan.[3][4] Contoh penting dari pengolahan tersebut adalah fermentasi singkong untuk menghasilkan tepung singkong: fermentasi ini mengurangi kadar racun dan antinutrien dalam umbi.[5]
^Chavan JK, Kadam SS (1989). "Nutritional improvement of cereals by fermentation". Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 28 (5): 349–400. doi:10.1080/10408398909527507. PMID2692608.
^Phillips RD (November 1993). "Starchy legumes in human nutrition, health and culture". Plant Foods for Human Nutrition. 44 (3): 195–211. doi:10.1007/BF01088314. PMID8295859.
^Oboh G, Oladunmoye MK (2007). "Biochemical changes in micro-fungi fermented cassava flour produced from low- and medium-cyanide variety of cassava tubers". Nutrition and Health. 18 (4): 355–67. doi:10.1177/026010600701800405. PMID18087867.