Arkeoastronomi

Stonehenge, situs prasejarah yang hingga kini masih menjadi kajian arkeoastronomi.
Matahari terbit akan menerangi ruang dalam Newgrange, Irlandia, hanya pada saat titik balik matahari musim dingin.
Matahari terbenam di ekuinoks dilihat dari situs prasejarah Pizzo Vento di Fondachelli Fantina, Sisilia


Arkeoastronomi adalah interdisiplin ilmu astronomi dan berbagai ilmu sosial yang menyelidiki keterkaitan kebudayaan masyarakat di masa lampau terhadap benda-benda atau fenomena yang ada dan terjadi di langit.[1][2][3][4] Pengertian arkeoastronomi sering kali disalahartikan terkait nama "arkeo" yang menjadi awalan dari istilah ini—alih-alih hanya mengkaji peninggalan sejarah yang berkaitan dengan astronomi, arkeoastronomi juga terlibat dalam pengkajian nilai, tradisi, dan praktik-praktik dalam kebudayaan masyarakat terkait berbagai benda dan fenomena yang ada di langit.[1][4]

Objek kajian ini menghasilkan istilah lainnya seperti etnoastronomi—interdisiplin ilmu etnografi dan astronomi—dan antropologi astronomi dengan kajian yang sering kali beririsan atau bahkan dianggap sama dengan arkeoastronomi.[3][4][5] Anthony F. Aveni, salah seorang pelopor perkembangan ilmu arkeoastronomi menyatakan bahwa, arkeoastronomi telah menjadi pertemuan tiga bidang kajian ilmu yang memiliki keterkaitan dengan kajian ilmu astronomi kuno yaitu:[2][5]

  1. Astroarkeologi adalah cabang ilmu yang bertujuan untuk menggali informasi astronomis dari pengkajian dan penelitian terhadap arsitektur dan lanskap dari peninggalan-peninggalan kuno. Namun, penelitian pada bidang astroarkeologi lebih berfokus pada apa yang terjadi di langit ketimbang nilai-nilai kebudayaan yang berkaitan dengan peninggalan tersebut.[5]
  2. Sejarah astronomi adalah kajian ilmu astronomi yang mempelajari data tertulis terkait dengan benda-benda atau fenomena langit yang menjadi perhatian masyarakat pada masa lampau. Umumnya kajian sejarah astronomi dilakukan pada peninggalan-peninggalan peradaban di Dunia Lama.[5]
  3. Etnoastronomi adalah cabang dari antropologi budaya yang mencari bukti keterkaitan suatu kebudayaan masyarakat terhadap fenomena-fenomena astronomis melalui data etnohistoris dan kajian etnografi.[5]

Ilmu arkeoastronomi merupakan cabang ilmu yang relatif baru. Meskipun begitu, kajian-kajian dengan topik terkait telah lama dilakukan oleh para peneliti.[2][6][7] Kelahiran ilmu arkeoastronomi pada awalnya didasari oleh ketertarikan para ahli arkeologi pada dasawarsa 1960-an untuk mempelajari keterkaitan monumen-monumen peradaban kuno seperti Piramida Giza, Stonehenge, dan Newgrange terhadap konstelasi bintang, planet, dan pergerakan Matahari.[8][2][7] Seiring berjalannya waktu, tema dan permasalahan yang dikaji dalam ilmu arkeoastronomi mulai meluas. Arkeoastronomi tidak lagi hanya mengkaji keterkaitan monumen-monumen kuno terhadap langit, tetapi mulai memperhatikan konsep-konsep yang terkait dengan kebudayaan, kalender, sistem navigasi kuno, hingga peristiwa politik.[9]

  1. ^ a b An introductory view on archaeoastronomy.
  2. ^ a b c d Magli(2015), hlm. xi-xiii.
  3. ^ a b "A Brief Introduction to Archaeoastronomy". terpconnect.umd.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-22. Diakses tanggal 2017-12-06. 
  4. ^ a b c Ruggles(2005), hlm. x.
  5. ^ a b c d e Archaeoastronomy.
  6. ^ Ruggles(2014), hlm. v-vi.
  7. ^ a b Archaeoastronomy and Etnoastronomy So Far, hlm. 389-390.
  8. ^ Ancient Astronomies - Ancient Worlds, hlm. 66.
  9. ^ Ruggles(2014), hlm. 3-103.

Developed by StudentB