Bahasa Sunda Modern Awal
Basa Soenda, Basa Goenoeng Bahasa Sunda Masa III Early Modern Sundanese | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pengucapan |
| ||||||||
Dituturkan di | Hindia Belanda | ||||||||
Wilayah | Keresidenan Priangan, Keresidenan Banten | ||||||||
Era | berkembang menjadi bahasa Sunda Modern pasca abad ke-20 | ||||||||
| |||||||||
Aksara Walanda (Latin) | |||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
Linguasfer | 31-MFN-ab | ||||||||
| |||||||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Bahasa Sunda pada masa Kolonial Belanda (basa Soenda atau basa Goenoeng, juga disebut sebagai basa Sunda Mangsa III atau bahasa Sunda Masa III)[3][4] adalah serangkaian tahapan bahasa Sunda di sekitar abad ke-19 (1800-1900), sebagai implikasi dari adanya pemerintahan Hindia-Belanda. Pada masa ini, bahasa Sunda mengalami perkembangan besar-besaran dari yang tadinya sebagai bahasa yang dianggap hanya digunakan secara lisan, menjadi bahasa yang mulai digunakan dalam media cetak dan menjadi bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah formal yang didirikan oleh pemerintah. Masa ini pula lah yang menjadi cikal bakal munculnya bentuk bahasa Sunda Modern yang ada pada saat ini.[5]
Peneliti mula-mula yang menaruh perhatian besar terhadap bahasa Sunda didominasi oleh orang-orang berkebangsaan Belanda, hal ini tidak terlepas dari kebijakan politik pada waktu itu yang menuntut serta mewajibkan tenaga kerja Eropa yang dibutuhkan sebagai pengelola perkebunan dan administrator—biasanya bertugas di wilayah Preanger (Parahyangan)—untuk menguasai bahasa Sunda. Diharapkan dengan kemampuan bahasa Sunda yang baik, para tenaga kerja Eropa ini dapat menjalin komunikasi yang lancar dengan masyarakat lokal yang utamanya bekerja sebagai buruh.[6]