Dalam agama Samawi, Bahtera Nuh adalah sebuah kapal yang dikisahkan dibangun atas perintah Tuhan untuk menyelamatkan Nuh, keluarga, kaumnya yang beriman dan kumpulan binatang yang ada di seluruh dunia dari air bah. Kisah ini terdapat dalam Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, dan dalam Al-Quran.
Mitos Sumeria yang dianggap jauh lebih awal dari penulisan kitab-kitab suci agama Samawi juga menceritakan kisah serupa. Namun berbeda dengan kisah pada versi Samawi, tokoh dalam kisah Sumeria bernama Ziusudra, bukanlah Nuh. Dalam versi ini diceritakan bagaimana Ziusudra diperintahkan oleh Dewa Enki untuk membangun bahtera demi menyelamatkan keberlangsungan makhluk hidup di bumi setelah sang Dewa mengetahui bahwa Dewa lain, bernama Enlil, berencana untuk menghapus kehidupan di muka bumi dengan menimpakannya dengan banjir bandang. Versi ini dengan cerita yang sedikit berbeda ditemukan pula dalam versi berbahasa Akkadia, dengan tokoh utamanya Utnapishtim pada Epos Gilgamesh, dan Atra-Hasis ('luar biasa bijak') dalam Epos Atrahasis.
Pencarian akan Bahtera Nuh telah dilakukan setidaknya sejak zaman Eusebius (c. 275–339 M), dan para pemercaya kisah Nuh terus melangsungkan pencarian mereka pada zaman modern, tetapi tidak ditemukan satupun bukti fisik yang dapat dikonfirmasi tentang keberadaan bahtera tersebut.[1] Tidak ditemukan satupun bukti ilmiah bahwa Bahtera Nuh pernah ada seperti yang dijelaskan dalam Kitab-Kitab Samawi.[2] Secara lebih signifikan, tidak terdapat pula bukti mengenai pernah terjadinya banjir global, dan sebagian besar ilmuwan setuju bahwa bahtera dan bencana alam seperti pada kisah Nuh mustahil pernah ada.[3] Beberapa peneliti meyakini bahwa peristiwa banjir lokal yang pernah terjadi di Timur Tengah berpotensi menjadi inspirasi akan narasi lisan dan kemudian tertulis dari kisah ini. Banjir Teluk Persia, atau Banjir Laut Hitam 7500 tahun yang lalu telah diusulkan sebagai salah satu kandidatnya.[4][5]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Cline 2009