Bapak Bangsa

Bapak Bangsa adalah sebuah gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang yang dianggap menyetiri pasukan di balik pendirian negaranya. Pater Patriae (jamak Patres Patriae), yang juga disebut sebagai Parens Patriae, adalah sebuah gelar kehormatan Romawi yang artinya "Bapak Tanah Air", yang diberikan oleh Senat kepada para pahlawan, dan kemudian kepada para kaisar. Di negara-negara monarki, penguasa monarki sering kali disebut "bapak/ibu bangsa" atau sebagai seorang patriark yang memandu keluarganya. Konsep tersebut dicantumkan dalam Hak Ilahi di beberapa negara monarki, sementara di negara lainnya, sebutan tersebut dicantumkan dalam hukum konstitusional seperti halnya Spanyol, dimana penguasa monarki dianggap sebagai personifikasi dan pertubuhan, simbol persatuan dan permanensi negara tersebut. Di Thailand, penguasa monarki diberi pengakuan yang sama, dan mendemonstrasikan loyalitas dengan penindakan masalah kejahatan.

Beberapa diktator menacangkan gelar tersebut kepada diri mereka, setidaknya sampai akhir masa rezim mereka. Gelar-gelar Gnassingbé Eyadéma dari Togo meliputi "bapak bangsa", "saudara tua", dan "Pemandu Rakyat".[1] Gelar-gelar Mobutu Sese Seko dari Zaire meliputi "Bapak bangsa", "Pemandu", "Mesias", "Pengemudi kapal", "Macan tutul", "Presiden Matahari", dan "Ayam Jantan yang Melompati Apapun Yang Bergerak".[2] Di Afrika pada masa pasca-kolonial, "bapak bangsa" adalah sebuah gelar yang digunakan oleh beberapa pemimpin baik yang merujuk kepada peran mereka dalam gerakan kemerdekaan sebagai sebuah sumber dari legitimasi, maupun digunakan untuk perlambangan paternalis sebagai sumber popularitas berkelanjutan.[3] Pada hari ulang tahun Joseph Stalin pada 1949, ia menyandang gelar "Bapak Bangsa-Bangsa" karena ia mendirikan "demokrasi rakyat" di negara-negara yang diduduki oleh USSR setelah Perang Dunia II.[4]

Gelar "Bapak Bangsa" terkadang diperebutkan secara politik. Konstitusi Bangladesh 1972 mendeklarasikan Sheikh Mujibur Rahman menjadi "bapak bangsa". Pemerintah Partai Nasionalis Bangladesh menghapuskannya pada 2004, untuk menentang perlawanan Liga Awami, yang dipimpin oleh putri Rahman Sheikh Hasina.[5] Sebuah pernyataan dalam Parlemem Slovakia untuk memproklamasikan pemimpin pra-perang kontroversial Andrej Hlinka sebagai "bapak bangsa" hampir dicanangkan pada September 2007.[6]

  1. ^ Triulzi, Alessandro (1996). "African cities, historical memory, and street buzz". Dalam Iain Chambers & Lidia Curti. The Post-colonial Question. Routledge. hlm. 88. ISBN 0415108578. 
  2. ^ Haskin, Jeanne M. (2005). The Tragic State of the Congo: From Decolonization to Dictatorship. Algora Publishing. hlm. 50. ISBN 0-87586-417-1. 
  3. ^ Schatzberg, Michael G. (2001). Political Legitimacy in Middle Africa: Father, Family, Food. Indiana University Press. hlm. passim, see index; and esp. p. 8 & p. 213. ISBN 0-253-33992-8. 
  4. ^ Paczkowski, Andrzej (2003). The Spring Will be Ours: Poland and the Poles from Occupation to Freedom. translated by Jane Cave. Penn State Press. hlm. 210. ISBN 0271023082. 
  5. ^ "Country profile: Bangladesh". BBC News. 2009-10-23. Diakses tanggal 2008-11-09. 
  6. ^ Balogová, Beata (2007-12-17). "2007 was turbulent for the ruling coalition". The Slovak Spectator. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-26. Diakses tanggal 2008-11-09. 

Developed by StudentB