Cacing adalah sebutan bagi hewan bilateral yang biasanya memiliki tubuh seperti tabung silindris yang panjang, tidak memiliki ekstremitas, dan tidak memiliki mata (meskipun tidak selalu).
Dalam biologi, "cacing" mengacu pada takson usang, yaitu Vermes, yang digunakan oleh Carolus Linnaeus dan Jean-Baptiste Lamarck untuk menyebut semua hewan invertebrata non-artropoda, dan sekarang dianggap parafili. Nama ini berasal dari kata bahasa Inggris Kuno wyrm. Sebagian besar hewan yang disebut "cacing" merupakan invertebrata, tetapi istilah ini juga digunakan untuk sesilia yang tergolong amfibi dan cacing lambat dalam genus Anguis, yang merupakan kadal penggali tanpa kaki. Hewan invertebrata yang biasa disebut "cacing" mencakup Annelida (cacing tanah dan Polychaeta yang hidup di perairan), Nematoda (cacing gelang), Platyhelminthes (cacing pipih), Nemertea laut, Chaetognatha laut (cacing panah), cacing Priapulida, dan termasuk larva serangga seperti belatung.
Ukuran cacing bervariasi dari mikroskopis hingga lebih dari satu meter yaitu cacing Polychaeta laut (cacing bulu);[1] 6,7 meter yaitu cacing tanah raksasa Afrika, Microchaetus rappi;[2] dan 58 meter yaitu cacing laut Nemertea, Lineus longissimus.[3] Berbagai macam cacing menempati sejumlah kecil relung parasitik yang hidup di dalam tubuh hewan lain. Spesies cacing yang hidup bebas (non-parasitik) tidak hidup di darat, melainkan di lingkungan laut atau air tawar atau di bawah tanah.
Cacingan—khususnya dalam istilah medis—merujuk pada keberadaan cacing parasit dalam tubuh, terutama Nematoda (cacing gelang) dan Cestoda (cacing pita). Ada juga istilah "kreminen" yaitu adanya parasit cacing kremi pada tubuh seseorang. Ketika seekor hewan atau manusia dikatakan "cacingan", artinya ia terinfeksi cacing parasitik. Cacing paru juga merupakan cacing parasit yang umum ditemukan pada berbagai spesies hewan seperti ikan dan kucing.