Cetiya

Salah satu relief Candi Borobudur

Cetiya (Pali; Sanskerta: caitya), "pengingat" atau "peringatan", merupakan objek atau tempat yang digunakan oleh penganut Buddhisme untuk mengingat Buddha Gotama.[1] Menurut Damrong Rajanubhab, cetiya dibedakan menjadi empat hal dalam Tripitaka Pali, yaitu "relik (dhātu), tanda atau monumen pengingat (paribhoga), ajaran (Dhamma), persembahan nazar (udesaka)."[2] Secara luas, cetiya termasuk simbolisme Buddhis dengan penekanan historis, alih-alih metafisik, terkait Sang Buddha.

Dalam bahasa Indonesia, kata "cetiya" (KBBI) juga digunakan untuk merujuk pada "rumah ibadah umat Buddha berukuran kecil yang dapat dimiliki oleh perorangan".[3] Di Indonesia, istilah tersebut, seperti istilah "wihara", juga digunakan untuk merujuk pada tempat ibadah penganut Tridharma (sinkretisme Buddhisme, Taoisme, dan Konghucu).[4]

Pada masa pra-Buddhisme di India, caitya adalah istilah untuk kuil atau tempat suci di lanskap, umumnya di luar ruangan, dihuni oleh, atau disucikan bagi, dewa tertentu. Dalam Sūtra Mahāyāna Mahāparinirvāṇa, menjelang akhir hidup-Nya, Sang Buddha berkata kepada Ananda tentang keindahan berbagai bangunan caitya di sekitar kota Vaishali.[5]

  1. ^ Kalingabodhi jātaka, dikutip dari John Strong, Relics of the Buddha (Princeton: Princeton University Press, 2004), 19
  2. ^ Damrongrāchānuphāp (1962). A History of Buddhist Monuments in Siam. Siam Society. hlm. 10, 21. 
  3. ^ "Entri: cetiya". KBBI VI Daring. Diakses tanggal 2024-10-19. 
  4. ^ "Ramai Penutupan Cetiya di Cengkareng Diprotes Jemaat, Ini Penjelasan Pengurus". kumparan. Diakses tanggal 2024-10-18. 
  5. ^ Skilling, Peter, in Amaravati: The Art of an Early Buddhist Monument in Context, Edited by Akira Shimada and Michael Willis, p. 25, British Museum, 2016, PDF

Developed by StudentB