David Ben-Gurion דָּוִד בֶּן-גּוּרִיּוֹן | |
---|---|
(umur 62) | |
Perdana Menteri Israel | |
Masa jabatan 17 Mei 1948 – 26 Januari 1954 | |
Presiden | Chaim Weizmann Yitzhak Ben-Zvi |
Pendahulu Kantor Baru | |
Masa jabatan 3 November 1955 – 26 Juni 1963 | |
Presiden | Yitzhak Ben-Zvi Zalman Shazar |
Ketua Dewan Negara Sementara Israel | |
Masa jabatan 14 Mei 1948 – 16 Mei 1948 | |
Pendahulu Kantor baru | |
Menteri Pertahanan | |
Masa jabatan 14 Mei 1948 – 26 Januari 1954 | |
Perdana Menteri | Sendiri |
Pendahulu Kantor Baru Pengganti Pinhas Lavon | |
Masa jabatan 21 Februari 1955 – 26 Juni 1963 | |
Perdana Menteri | Moshe Sharett Sendiri |
Pendahulu Pinhas Lavon | |
Informasi pribadi | |
Lahir | David Grün 16 Oktober 1886 Płońsk, Konggres Polandia |
Meninggal | 1 Desember 1973 Tel HaShomer, Israel | (umur 87)
Partai politik | Mapai, Rafi, Daftar Nasional |
Suami/istri | Paula Ben-Gurion |
Anak | 3 |
Tanda tangan | |
Penghargaan
| |
Sunting kotak info • L • B |
David Ben-Gurion (/bɛn ˈɡʊəriən/ ben-_-goor-EE-ən; bahasa Ibrani: דָּוִד בֶּן־גּוּרִיּוֹן [daˈvid ben ɡuʁˈjon] ⓘ; lahir dengan nama David Grün; 16 Oktober 1886 – 1 Desember 1973) adalah Perdana Menteri Israel pertama. Gairah Ben-Gurion untuk Zionisme, yang dimulai sejak awal kehidupan, membawanya menjadi seorang pemimpin Zionis besar, dan sebagai kepala Badan Yahudi, ia menjadi de facto pemimpin komunitas Yahudi di Palestina, dan sebagian besar memimpin perjuangan untuk kemerdekaan negara Yahudi di Palestina. Pada tahun 1948, ia secara resmi menyatakan pendirian Negara Israel, dan dialah yang pertama menandatangani Deklarasi Kemerdekaan Israel. Ben-Gurion memimpin pemerintah sementara Israel selama Perang Arab-Israel 1948, dan menyatukan berbagai milisi Yahudi ke dalam Angkatan Pertahanan Israel (IDF). Setelah perang, Ben-Gurion pertama menjabat sebagai Perdana Menteri Israel. Sebagai Perdana Menteri, ia membantu membangun lembaga-lembaga negara, memimpin berbagai proyek nasional yang ditujukan untuk pembangunan negara. Dia juga mengawasi penyerapan sejumlah besar orang Yahudi dari seluruh dunia. Pada tahun 1953, ia mengundurkan diri dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan, sebelum kembali menempati posisi itu pada tahun 1955. Di bawah kepemimpinannya, Israel menanggapi agresif terhadap serangan gerilya Arab, dan pada tahun 1956, menyerbu Mesir bersama dengan pasukan Inggris dan Prancis setelah Mesir menasionalisasi Terusan Suez. Ia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 1963, dan pensiun dari kehidupan politik pada tahun 1970. Dia kemudian pindah ke Sde Boker, sebuah kibbutz di gurun Negev, di mana dia tinggal sampai kematiannya. Anumerta, Ben-Gurion sebagai salah satu dari 100 Orang Paling Penting dari abad ke-20 versi majalah Time.
“To be a realist here, you have to believe in miracles,” David Ben-Gurion once remarked. He didn't believe that literally, of course; he was an atheist. But he insisted that his offi- cials and generals take Old Testament names.
Ben-Gurion and Moshe Dayan were self-proclaimed atheists.
Even atheist and socialist Israelis like David Ben-Gurion, Moshe Dayan, and Golda Meir were marked by the stories and legends of King David and the prophets. In other words, their lives had been shaped by Hebron.
Even a committed atheist like Ben-Gurion found its sacred position on his own emotional map more compelling than the demographic and historical facts that were staring him in the face.
David Ben-Gurion makes an especially fascinating study as a spokesman for Jewish messianic teleology in that by most accounts he was a secular atheist.
David Ben-Gurion (1886–1973), the first prime minister of Israel and its foremost politician in the age...Though an atheist, he saw the Bible as the most important source for shaping the new Hebrew's identity...
In 1956 I eagerly swallowed all of Ben-Gurion's political and military reasons for Israel initiating the Suez War, until he (in spite of being an atheist, proud of his disregard of the commandments of Jewish religion) pronounced in the Knesset on the third day of that war, that the real reason for it is 'the restoration of the kingdom of David and Solomon' to its Biblical borders.