Developmentalisme adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa pembangunan negara-negara Dunia Ketiga dapat diwujudkan dengan baik melalui pasar dalam negeri yang kuat dan beragam dan tarif barang impor yang tinggi.
Developmentalisme adalah pemikiran lintas disiplin[1] yang menjadikan pembangunan sebuah strategi utama menuju kemakmuran ekonomi. Pemikiran ini muncul sebagai tanggapan atas upaya Amerika Serikat untuk membendung komunisme dan mengurus gerakan pembebasan nasional di Asia dan Afrika.[1] Developmentalisme dalam konteks ekonomi internasional dapat dipahami sebagai kumpulan ide yang bersama-sama menempatkan pembangunan ekonomi di tengah proses politik dan lembaga serta cara untuk menciptakan legitimasi politik. Pendukung teori developmentalisme berpendapat bahwa perkembangan kesuksesan ekonomi di negara berkembang (terutama di Amerika Latin dan Asia Timur) memicu terbentuknya pemerintahan sah yang dipimpin para tokoh politik yang mendapatkan manfaat dari kesepakatan bersama mengenai siapa yang harus memimpin dan bagaimana mereka harus berperilaku di dunia internasional. Developmentalis percaya bahwa otonomi nasional di negara-negara Dunia Ketiga dapat dicapai dan dipertahankan melalui pemanfaatan sumber daya luar oleh negara-negara kapitalis. Dalam definisi tersebut, developmentalisme merupakan paradigma yang digunakan untuk memutar balik dampak negatif ekonomi internasional terhadap negara berkembang pada tahun 1950-an sampai 1960-an, masa ketika negara-negara Amerika Latin mulai menerapkan strategi substitusi impor. Dengan teori ini, pembangunan ekonomi dirancang mengikuti kriteria Barat modern: kesuksesan ekonomi diciptakan mengikuti pemikiran kapitalisme bahwa sebuah negara perlu berkembang, otonom, dan berdiri secara sah.[2]
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa selain tiga tahap pembangunan untuk semua negara, ada satu gerakan linier dari satu tahap ke tahap lain yang merentang dari ekonomi tradisional atau primitif ke ekonomi modern atau terindustrialisasi.[3]