दुर्योधन | |
---|---|
Tokoh Mahabharata | |
Nama | Duryodana |
Ejaan Dewanagari | दुर्योधन |
Ejaan IAST | Duryodhana |
Nama lain |
|
Kitab referensi | Mahabharata |
Asal | Hastinapura, Kerajaan Kuru |
Kediaman | Hastinapura |
Kasta | kesatria |
Dinasti | Kuru |
Senjata | gada |
Ayah | Dretarastra |
Ibu | Gandari |
Istri | Banowati |
Anak | Laksmanakumara dan Laksmana |
Duryodana (Dewanagari: दुर्योधन; IAST: Duryodhana ) atau Suyodana (Dewanagari: सुयोधन; IAST: Suyodhana ) adalah tokoh antagonis yang utama dalam wiracarita Mahabharata. Dalam kisah, ia merupakan putra sulung Dretarastra dan Gandari, pasangan keluarga bangsawan Kerajaan Kuru, suatu kerajaan kuno di India Utara yang beribukota di Hastinapura. Duryodana merupakan yang pertama di antara seratus Korawa, yaitu anak-anak Dretarastra. Duryodana menikah dengan putri Prabu Citranggada dari Kalinga dan mempunyai dua anak, masing-masing bernama Laksmanakumara (Lesmana Mandrakumara) dan Laksmana (Lesmanawati). Meskipun nama istri Duryodana tidak disebutkan secara khusus dalam naskah Mahabharata berbahasa Sanskerta, tetapi ia disebut Banumati dalam cerita rakyat India, atau Banowati dalam lakon pewayangan Jawa.[1]
Menurut kepercayaan Hindu, Duryodana merupakan penjelmaan dari Iblis Kali. Ia diceritakan bersikap layaknya seorang kesatria, tetapi mudah terpengaruh hasutan Sangkuni, yaitu pamannya yang licik dan suka memprovokasi pihak Korawa dengan pihak Pandawa (anak-anak Pandu), sepupu para Korawa. Selain itu, Duryodana terbiasa dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Dengan belajar ilmu bela diri dari gurunya, yaitu Krepa, Drona, dan Baladewa, Duryodana menjadi sangat kuat dengan senjata gada, dan setara dengan Bima, seorang Pandawa yang hebat dalam kekuatan fisik. Perseteruannya dengan para Pandawa berujung kepada perang besar di Kurukshetra, yang juga dikenal sebagai Bharatayuddha. Dalam perang, bendera keagungannya berlambang ular kobra. Ia dikalahkan oleh Bima pada pertempuran hari kedelapan belas karena pahanya dipukul dengan gada.