Pada abad ke-19, filosofi Zaman Pencerahan mulai memiliki efek dramatis, karya-karya terkenal para filsuf seperti Immanuel Kant dan Jean-Jacques Rousseau mempengaruhi generasi pemikir baru. Pada akhir abad ke-18 sebuah gerakan yang dikenal sebagai Romantisisme dimulai, aliran ini adalah emosi yang kuat sebagai pengalaman autentik yang bukan dari estetika, menempatkan penekanan baru pada emosi seperti rasa takut, ngeri dan teror serta kekaguman. Ide-ide kunci yang memicu perubahan dalam filsafat adalah kemajuan sains yang cepat: evolusi, sebagaimana didalilkan oleh Vanini, Diderot, Lord Monboddo, Erasmus Darwin, Lamarck, Goethe, dan Charles Darwin, dan apa yang sekarang disebut urutan emergent, seperti pasar bebas yang dikatakan Adam Smith di dalam suatu negara. Tekanan egalitarianisme, dan perubahan yang lebih cepat memuncak pada periode revolusi dan turbulensi yang menyaksikan filosofi juga berubah.
Auguste Comte, yang mengklaim dirinya sendiri sebagai pendiri sosiologi modern, mengemukakan pandangan bahwa pengaturan yang ketat atas pengamatan yang dapat dikonfirmasikan saja harus merupakan bidang ilmu pengetahuan manusia. Dia berharap dapat mengatur ilmu-ilmu dalam peningkatan tingkat kompleksitas mulai dari matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, hingga disiplin ilmu baru yang disebut "sosiologi", yang merupakan studi tentang "dinamika dan statika masyarakat".[1]