Gerakan 30 September

Gerakan 30 September
Tanggal1 Oktober 1965 (1965-10-01)
LokasiLubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur
Hasil

Upaya kudeta gagal

Pihak terlibat
Gerakan 30 September (faksi yang memproklamirkan diri sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)
Unit-unit dari Tjakrabirawa Pasukan Pengawal Presiden
"Berbagai Milisi Kiri" di Lubang Buaya
Tokoh dan pemimpin
Untung Syamsuri
M.S. Soepardjo
Soekarno
Soeharto
A.H. Nasution (WIA)
Sarwo Edhie Wibowo
Korban
1. Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (43 tahun)
2. Mayor Jenderal TNI Raden Soeprapto (45 tahun)
3. Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono (41 tahun)
4. Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman (47 tahun)
5. Brigadir Jenderal TNI Donald Isaac Panjaitan (40 tahun)
6. Brigadir Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo (43 tahun)
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean (26 tahun)
dan korban-korban lainnya.

Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal serta satu orang perwira pertama militer Indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.[1] Penyebutan peristiwa ini memiliki ragam jenis, Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK (Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya dengan istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI) oleh karena tudingan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) bertanggung jawab atas peristiwa ini. Korban kekejaman tragedi ini berada di Yogyakarta dan Jakarta. Salah satu korban kekejaman tragedi ini di Yogyakarta adalah Katamso Darmokusumo dan Sugiyono Mangunwiyoto.

  1. ^ Crouch 1978, hlm. 101

Developed by StudentB