Singkatan | C of E |
---|---|
Penggolongan | Protestan |
Orientasi | Anglikan |
Bentuk pemerintahan | Episkopal |
Gubernur Tertinggi | Raja Charles III |
Primat | Uskup Agung Justin Welby |
Wilayah | Inggris, Wales (paroki-paroki lintas batas) Pulau Man Kepulauan Channel Eropa Daratan |
Kantor pusat | Church House, Westminster |
Didirikan | London, Inggris |
Terpisah dari | Gereja Katolik (abad ke-16) |
Pecahan | Pengingkar Inggris Metodis (abad ke-18) Gereja Episkopal (AS) (1789) Serikat Persaudaraan Plymouth (1820-an) Gereja Bebas Inggris (1844) |
Umat | 25 juta[1][2] |
Situs web resmi | churchofengland.org |
Gereja Inggris (bahasa Inggris: Church of England; C of E) adalah gereja negara Inggris.[3][4][5] Uskup Agung Canterbury merupakan klerusnya yang paling senior, kendati Gubernur Tertinggi merupakan pemimpin tertingginya. Gereja Inggris juga merupakan gereja induk dari Komuni Anglikan internasional. Pendiriannya sebagai suatu gereja nasional dapat dikatakan terjadi pada abad ke-6 dalam misi Gregorian ke Kerajaan Kent yang dipimpin oleh Agustinus dari Canterbury.[6][7]
Gereja Inggris menolak otoritas kepausan ketika Henry VIII tidak berhasil mendapatkan anulasi atas perkawinannya dengan Catherine dari Aragon pada tahun 1530-an.[8] Reformasi Inggris dipercepat di bawah pemerintahan para bupati Edward VI sebelum suatu pemulihan singkat otoritas kepausan di bawah kepemimpinan Mary I dan Philip II. Akta Supremasi 1558 memperbarui pemisahan tersebut dan Penyelesaian Keagamaan Elizabethan memetakan suatu jalan yang melaluinya gereja Inggris menjadi harus bersifat Katolik dan Tereformasi (Reformed):
Fase awal Reformasi Inggris menghasilkan banyak martir Katolik maupun martir Protestan radikal. Pada fase selanjutnya, Hukum Pidana digunakan untuk menghukum para penganut Katolik Roma dan Protestan nonkonformis. Pada abad ke-17, perselisihan politik dan agama mengakibatkan timbulnya faksi Puritan dan Presbisterian yang berkeinginan untuk mengendalikan gereja, tetapi ini berakhir dengan terjadinya Restorasi. Pengakuan kepausan atas kepemimpinan George III pada tahun 1766 menghasilkan toleransi keagamaan yang lebih baik.
Sejak Reformasi Inggris, Gereja Inggris telah menggunakan liturgi dalam bahasa Inggris. Gereja ini meliputi beberapa aliran doktrinal, tiga yang terutama dikenal sebagai Anglo-Katolik, Evangelikal, dan Gereja Luas. Ketegangan antara kaum progresif dan konservatif teologis tampak jelas dalam perdebatan mengenai penahbisan kaum wanita dan homoseksualitas. Gereja ini terdiri dari para anggota dan rohaniwan yang liberal maupun konservatif.[10]
Struktur tata kelola gereja berbasis pada keuskupan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang uskup. Di dalam setiap keuskupan terdapat paroki setempat. Sinode Umum Gereja Inggris berfungsi sebagai badan legislatif gereja ini dan terdiri dari para uskup, klerus lainnya, dan kaum awam. Rancangan undang-undang atau ketentuan hukum yang mereka hasilkan harus mendapat persetujuan dari kedua Dewan Parlemen Britania Raya.
The Church of England later became the official state Protestant church, with the monarch supervising church functions.
The Church of England (Anglican) and the Church of Scotland (Presbyterian) are the official religions of the UK.
the Church of England [Anglican], which remains the official state church
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama KH8-RC-00