2He Helium | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sifat umum | ||||||||||||||||
Pengucapan |
| |||||||||||||||
Penampilan | gas tak berwarna, akan menjadi merah-jingga ketika diletakkan pada medan listrik bertegangan tinggi | |||||||||||||||
Helium dalam tabel periodik | ||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
Nomor atom (Z) | 2 | |||||||||||||||
Golongan | golongan 18 (gas mulia) | |||||||||||||||
Periode | periode 1 | |||||||||||||||
Blok | blok-s | |||||||||||||||
Kategori unsur | gas mulia | |||||||||||||||
Berat atom standar (Ar) |
| |||||||||||||||
Konfigurasi elektron | 1s2 | |||||||||||||||
Elektron per kelopak | 2 | |||||||||||||||
Sifat fisik | ||||||||||||||||
Fase pada STS (0 °C dan 101,325 kPa) | gas | |||||||||||||||
Titik lebur | 0,95 K (−272,20 °C, −457,96 °F) (pada 2,5 MPa) | |||||||||||||||
Titik didih | 4,222 K (−268,928 °C, −452,070 °F) | |||||||||||||||
Kerapatan (pada STS) | 0,1786 g/L | |||||||||||||||
saat cair, pada t.l. | 0,145 g/cm3 | |||||||||||||||
saat cair, pada t.d. | 0,125 g/cm3 | |||||||||||||||
Titik tripel | 2,177 K, 5,036 kPa | |||||||||||||||
Titik kritis | 5,19 K, 0,227 MPa | |||||||||||||||
Kalor peleburan | 0,0138 kJ/mol | |||||||||||||||
Kalor penguapan | 0,0829 kJ/mol | |||||||||||||||
Kapasitas kalor molar | 5R/2 = 20,786 J/(mol·K)[2] | |||||||||||||||
Tekanan uap (didefinisikan oleh ITS-90)
| ||||||||||||||||
Sifat atom | ||||||||||||||||
Bilangan oksidasi | 0 | |||||||||||||||
Elektronegativitas | Skala Pauling: tiada data | |||||||||||||||
Energi ionisasi | ke-1: 2372,3 kJ/mol ke-2: 5250,5 kJ/mol | |||||||||||||||
Jari-jari kovalen | 28 pm | |||||||||||||||
Jari-jari van der Waals | 140 pm | |||||||||||||||
Lain-lain | ||||||||||||||||
Kelimpahan alami | primordial | |||||||||||||||
Struktur kristal | susunan padat heksagon (hcp) | |||||||||||||||
Kecepatan suara | 972 m/s | |||||||||||||||
Konduktivitas termal | 0,1513 W/(m·K) | |||||||||||||||
Arah magnet | diamagnetik[3] | |||||||||||||||
Suseptibilitas magnetik molar | −1,88×10−6 cm3/mol (298 K)[4] | |||||||||||||||
Nomor CAS | 7440-59-7 | |||||||||||||||
Sejarah | ||||||||||||||||
Penamaan | dari Helios, dewa Matahari Yunani | |||||||||||||||
Penemuan | P. Janssen dan N. Lockyer (1868) | |||||||||||||||
Isolasi pertama | W. Ramsay, P. Cleve, dan A. Langlet (1895) | |||||||||||||||
Isotop helium yang utama | ||||||||||||||||
| ||||||||||||||||
*Nilai atmosfer, kelimpahan berbeda-beda di berbagai tempat | ||||||||||||||||
Helium adalah unsur kimia dengan lambang He dan nomor atom 2. Helium tak berwarna, tak berbau, tak berasa, tak beracun, hampir inert, berupa gas monatomik, dan merupakan unsur pertama pada golongan gas mulia dalam tabel periodik. Titik didih dan titik lebur gas ini merupakan yang terendah di antara semua unsur. Helium berwujud hanya sebagai gas terkecuali pada kondisi yang sangat ekstrem. Kondisi ekstrem juga diperlukan untuk menciptakan sedikit senyawa helium, yang semuanya tidak stabil pada suhu dan tekanan standar. Helium memiliki isotop stabil kedua yang langka yang disebut helium-3. Sifat dari cairan varitas helium-4; helium I dan helium II; penting bagi para periset yang mempelajari mekanika kuantum (khususnya dalam fenomena superfluiditas) dan bagi mereka yang mencari efek mendekati suhu nol absolut yang dimiliki materi (seperti superkonduktivitas).
Helium adalah unsur kedua terbanyak dan kedua teringan di jagad raya, mencakupi 24% massa keunsuran total alam semesta dan 12 kali jumlah massa keseluruhan unsur berat lainnya. Keberlimpahan helium yang sama juga dapat ditemukan pada Matahari dan Jupiter. Hal ini dikarenakan tingginya energi pengikatan inti (per nukleon) helium-4 berbanding dengan tiga unsur kimia lainnya setelah helium. Energi pengikatan helium-4 ini juga bertanggung jawab atas keberlimpahan helium-4 sebagai produk fusi nuklir maupun peluruhan radioaktif. Kebanyakan helium di alam semesta ini berupa helium-4, yang dipercaya terbentuk semasa Ledakan Dahsyat. Beberapa helium baru juga terbentuk lewat fusi nuklir hidrogen dalam bintang semesta.
Nama "helium" berasal dari nama dewa Matahari Yunani Helios. Pada 1868, astronom Prancis Pierre Jules César Janssen mendeteksi pertama kali helium sebagai tanda garis spektral kuning tak diketahui yang berasal dari cahaya gerhana matahari. Secara formal, penemuan unsur ini dilakukan oleh dua orang kimiawan Swedia Per Teodor Cleve dan Nils Abraham Langlet yang menemukan gas helium keluar dari bijih uranium kleveit. Pada tahun 1903, kandungan helium yang besar banyak ditemukan di ladang-ladang gas alam di Amerika Serikat, yang sampai sekarang merupakan penyedia gas helium terbesar. Helium digunakan dalam kriogenika, sistem pernapasan laut dalam, pendinginan magnet superkonduktor, "penanggalan helium", pengembangan balon, pengangkatan kapal udara dan sebagai gas pelindung untuk kegunaan industri (seperti "pengelasan busar") dan penumbuhan wafer silikon). Menghirup sejumlah kecil gas ini akan menyebabkan perubahan sementara kualitas suara seseorang.
Di Bumi, gas ini cukup jarang ditemukan (0,00052% volume atmosfer). Kebanyakan helium yang kita temukan di bumi terbentuk dari peluruhan radioaktif unsur-unsur berat (torium dan uranium) sebagai partikel alfa berinti atom helium-4. Helium radiogenik ini terperangkap di dalam gas bumi dengan konsentrasi sebagai 7% volume, yang darinya dapat diekstraksi secara komersial menggunakan proses pemisahan temperatur rendah yang disebut distilasi fraksional.