Masakan Belanda terbentuk dari tradisi dan praktik memasak Belanda. Masakan Belanda dibentuk oleh lokasinya di Delta Rhein–Meuse–Scheldt yang subur di Laut Utara, yang memunculkan perikanan, pertanian, dan perdagangan luar negeri. Karena ketersediaan air dan padang rumput yang datar, makanan orang Belanda mengandung banyak produk susu seperti mentega dan keju. Belanda Burgundia memperkaya masakan kaum elit di Negeri Rendah pada abad ke-15 dan ke-16,[1] begitu pula ketika Belanda menguasai perdagangan rempah-rempah pada perdagangan kolonial abad ke-17 dan ke-18 memainkan peran penting dalam penyebaran kopi global, dan memulai era cokelat modern dengan mengembangkan cokelat proses Belanda.[2]
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, makanan dan produksi pangan Belanda dirancang agar efisien,[3] yang sangat sukses sehingga Belanda menjadi pengekspor produk pertanian terbesar kedua di dunia berdasarkan nilai setelah Amerika Serikat.[4] Hal ini membuat Belanda terkenal sebagai negara yang paling banyak makan di dunia, meskipun makanan Belanda seperti stamppot memiliki cita rasa yang hambar.[3] Namun, karena dipengaruhi oleh masakan di negara-negara jajahannya (terutama masakan Indonesia), dan juga akibat globalisasi, muncul kembali fokus pada cita rasa yang juga tercermin dari 123 restoran berbintang Michelin di Belanda.[5]
Makanan Belanda dapat dibagi menjadi tiga wilayah. Wilayah timur laut terkenal dengan daging dan sosisnya (rookworst, metworst) dan roti gandum hitam kental, wilayah barat terkenal dengan ikan (belut asap, haring basah, kibbeling, kerang), minuman beralkohol (jenever), dan produk olahan susu (stroopwafel, boerenkaas), dan wilayah selatan terkenal dengan semur (hachee), produk buah, dan kue kering (Limburgse vlaai, selai apel, bossche bol). Ciri khas sarapan dan makan siang orang Belanda adalah taburan roti manis seperti hagelslag (meses), vlokken, dan muisjes, dan orang Belanda merupakan konsumen akar manis terbanyak di dunia.[6]