Istanbul
İstanbul | |
---|---|
Koordinat: 41°00′49″N 28°57′18″E / 41.01361°N 28.95500°E | |
Negara | Turki |
Region | Marmara |
Provinsi | Istanbul |
Pemerintahan | |
• Wali kota | Ekrem İmamoğlu |
• Gubernur | Ali Yerlikaya |
Luas | |
• Luas perkotaan | 2,576,85 km2 (0,99.493 sq mi) |
• Luas metropolitan | 5,343,22 km2 (2,06.303 sq mi) |
Ketinggian tertinggi | 537 m (1,762 ft) |
Populasi | |
• kota metropolitan dan provinsi | 15.840.900 |
• Perkotaan | 15.514.128 |
• Kepadatan perkotaan | 6,021/km2 (15,59/sq mi) |
• Kepadatan metropolitan | 2,965/km2 (7,68/sq mi) |
Zona waktu | UTC+3 (Waktu Standar Istanbul) |
Kode pos | 34000–34990 |
Kode area telepon | +90 212 (sisi Eropa) +90 216 (sisi Asia) |
Pelat kendaraan | 34 |
Situs web |
|
Istanbul sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel[a] (bahasa Yunani: Κωνσταντινούπολις; bahasa Latin: Konstantinopolis), adalah kota terbesar di Turki, berfungsi sebagai pusat ekonomi, budaya, dan sejarah negara. Kota ini dikelilingi oleh selat Bosporus, terletak di antara benua Eropa dan Asia, dan memiliki populasi lebih dari 15 juta penduduk, atau setara dengan 19% populasi Turki.[2] Istanbul adalah salah satu kota terpadat di Eropa,[b] sekaligus menjadi kota terbesar ke-15 di dunia.
Kota ini awalnya didirikan sebagai pusat ibu kota Bizantium (bahasa Yunani: Βυζάντιον, Byzantion) pada abad ke-7 oleh pemukim Yunani dari Megara.[3] Lalu pada tahun 330, Kaisar Bizantium–Konstantinus Agung–menjadikan kota ini sebagai ibu kota kekaisarannya, awalnya kota ini dinamai sebagai Roma Baru (bahasa Yunani: Νέα Ῥώμη, Nea Rhomē; bahasa Latin: Nova Roma)[4] dan kemudian diganti menjadi Konstantinopel untuk mengenang pendiri Bizantium.[4][5] Kota ini lalu berkembang menjadi tempat keberadaan mercusuar di Jalur Sutra, sekaligus sebagai salah satu kota terpenting dalam sejarah.
Kota ini berfungsi sebagai ibu kota kekaisaran selama hampir 1600 tahun: selama periode Bizantium awal (330–1204), Latin (1204–1261), Bizantium akhir (1261–1453), dan Kesultanan Ottoman (1453–1922).[6] Kota ini memainkan peran kunci dalam kemajuan agama Kristen selama era Bizantium, sebelum berpindah tangan ke Islam setelah Penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453–terutama setelah menjadi pusat Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517.[7] Pada tahun 1923, setelah Perang Kemerdekaan Turki, Ankara menggantikan kota ini sebagai ibu kota Republik Turki yang baru dibentuk. Kemudian pada tahun 1930, nama kota ini secara resmi diubah menjadi Istanbul, dari yang sebelumnya bernama Konstantinopel.[4]
Lebih dari 13,4 juta pengunjung asing datang ke Istanbul pada tahun 2018, delapan tahun setelah dinobatkan sebagai Ibu kota Kebudayaan Eropa, menjadikannya kota kedelapan yang paling banyak dikunjungi di dunia.[8] Istanbul adalah rumah bagi beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO, dan menjadi lokasi kantor pusat banyak perusahaan Turki, menyumbang lebih dari tiga puluh persen perekonomian negara.[9][10]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama hisdic
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan