John Maynard Keynes | |
---|---|
Lahir | Cambridge, Cambridgeshire, Inggris | 5 Juni 1883
Meninggal | 21 April 1946 Tilton, dekat Firle, Sussex, Inggris | (umur 62)
Institusi | King's College, Cambridge |
Bidang | |
Mazhab | Ekonomi Keynesian |
Alma mater | |
Dipengaruhi | Adam Smith, Thomas Malthus, Alfred Marshall, Arthur Pigou, Nicholas Johannsen, Knut Wicksell, Piero Sraffa, John Neville Keynes, Bertrand Russell[1] |
Kontribusi | |
Penghargaan
| |
John Maynard Keynes, Baron Keynes ke-1,[2] CB, FBA (/ˈkeɪnz/ KEYNZ; 5 Juni 1883 – 21 April 1946), adalah ekonom Inggris yang gagasannya mengubah teori dan praktik ekonomi makro serta kebijakan ekonomi dunia. Ia melanjutkan dan memperbaiki teori sebelumnya yang menjelaskan penyebab terjadinya siklus bisnis. Ia diakui sebagai salah satu ekonom paling berpengaruh abad ke-20 dan pendiri ekonomi makro modern.[3][4][5][6] Pemikiran-pemikirannya menjadi dasar mazhab ekonomi Keynesian dan semua turunannya.
Pada tahun 1930-an, Keynes memimpin revolusi pemikiran ekonomi yang menantang gagasan ekonomi neoklasik bahwa pasar bebas, dalam jangka pendek hingga menengah, akan mengisi seluruh lapangan pekerjaan asalkan tuntutan upah pekerja tetap fleksibel. Ia berpendapat bahwa permintaan agregat menentukan tingkat seluruh aktivitas ekonomi dan kurangnya permintaan agregat akan memicu pengangguran tingkat tinggi yang bertahan lama. Menurut ekonomi Keynesian, campur tangan pemerintah diperlukan untuk menstabilkan "kempis kembangnya" siklus aktivitas ekonomi.[7] Keynes mendukung penerapan kebijakan fiskal dan moneter untuk mencegah dampak buruk resesi dan depresi ekonomi.
Setelah Perang Dunia II, sejumlah ekonom Barat ternama menerima saran kebijakan Keynes. Dua puluh tahun setelah Keynes meninggal dunia tahun 1946, hampir semua negara kapitalis di dunia menerapkan kebijakan Keynes. Pengaruh Keynes memudar pada tahun 1970-an, salah satunya karena stagflasi parah yang menghambat ekonomi Inggris-Amerika sepanjang dasawarsa tersebut serta "kenaifan teori Keynesian"[8] yang dilontarkan oleh Milton Friedman, ekonom yang memprediksi krisis tersebut.[9] Ia bersama ekonom lainnya meragukan kemampuan pemerintah untuk mengatur siklus bisnis secara positif menggunakan kebijakan fiskal.[10] Meski beberapa pihak menyebut bahwa teori moneter Friedman memengaruhi tanggapan Federal Reserve terhadap krisis keuangan global 2007–08,[11] ada pula yang menyebut bahwa kebijakan ekonomi pemerintah yang diambil pada tahun itu bagian dari kemunculan kembali Keynesianisme modern.[12]
Majalah Time memasukkan Keynes ke daftar Most Important People of the Century pada tahun 1999. Menurut Time, "gagasannya yang radikal, yaitu pemerintah harus membelanjakan uang yang tidak dimilikinya, mungkin berhasil mencegah runtuhnya kapitalisme."[13] The Economist menjuluki Kenyes "ekonom abad ke-20 paling terkenal di Britania Raya."[14] Selain menjadi ekonom, Keynes juga merupakan pegawai negeri, direktur Bank of England, dan anggota perkumpulan intelek Bloomsbury Group.[15]