Maluku Tengah | |
---|---|
Motto: Pamahanunusa Membangun Nusa Dan Bangsa | |
Koordinat: 3°17′59″S 128°57′23″E / 3.2996704°S 128.9565238°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku |
Tanggal berdiri | 17 Juli 1958 |
Dasar hukum | UU №60 Tahun 1958[1] |
Ibu kota | Kota Masohi |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Rakib Sahubawa (Pj.) |
• Wakil Bupati | lowong |
• Sekretaris Daerah | Jauhari Tuarita (Pj.) |
Luas | |
• Total | 7.953,81 km2 (3,070,98 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 423.094 |
• Kepadatan | 53/km2 (140/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 63,16% Kristen 36,08% - Protestan 35,34% - Katolik 0,74% Hindu 0,62% Buddha 0,01% Kepercayaan 0,01% Lainnya 0,12%[3] |
• Bahasa | Bahasa Ambon Bahasa Tulehu Bahasa Haruku Bahasa Indonesia |
• IPM | 71,32 (2021) Tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+09:00 (WIT) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0910: Kepulauan Banda 0914: Masohi |
Pelat kendaraan | DE xxxx B* |
Kode Kemendagri | 81.01 |
DAU | Rp 1.006.551.780.000 (2020) |
Situs web | http://www.malteng.go.id |
Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Masohi. Maluku Tengah adalah salah satu kabupaten tertua di Kepulauan Maluku. Wilayah Maluku Tengah di Pulau Seram terdapat gunung tertinggi di Maluku yaitu Gunung Binaiya.
Daratan Maluku Tengah sebagian besar berada di Pulau Seram (misalnya Kecamatan Amahai dan Tehoru, serta Kota Masohi). Sisanya berada di kepulauan yang terpencar secara geografis yang terdiri dari Pulau Ambon yang berbatasan langsung dengan Kota Ambon (mencakup Leihitu dan Salahutu), Kepulauan Lease (mencakup Pulau Haruku, Saparua, dan Nusalaut), dan Kepulauan Banda atau sering disebut Banda Neira yang pernah menjadi pusat perdagangan rempah masa kolonial Belanda.
Wilayah terjauh di Maluku Tengah adalah gugusan pulau yang terdiri dari Pulau Teon, Nila, dan Serua di Laut Banda. Penghuni pulau-pulau tersebut diungsikan ke Pulau Seram karena ancaman gunung berapi di tahun 1970an. Perkampungan pengungsi tersebut menjadi cikal bakal Kecamatan Teon Nila Serua (TNS) di Pulau Seram. Pemindahan ini menimbulkan permasalahan lahan ulayat antara suku asli dengan pendatang dari TNS.[5]