Kaharingan Dayak Maanyan Hiang Piumpang

Kaharingan Dayak Maanyan Hiang Piumpang[1] atau Organisasi Hiang Piumpang adalah organisasi aliran kepercayaan Kaharingan bagi penghayat Hiang Piumpang di kalangan masyarakat suku Dayak Maanyan.

Berlokasi di Kataut Ngaweng, Kelurahan Tamiang Layang, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, berdasarkan data terakhir (1980) jumlah warga yang bergabung dalam organisasi ini adalah 40 orang. Walau sekretariat dari organisasi ini terletak di Kataut Ngaweng, anggota organisasi tersebar di seluruh wilayah Kelurahan Tamiang Layang, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur.

Belum ada sumber yang menjelaskan mengenai berdirinya organisasi ini.

Kegiatan spiritual yang dilakukan oleh para anggota Kaharingan Dayak Maanyan Hiang Piumpang adalah berupa pelaksanaan ritual menuju Hyang Piumpang atau Tuhan Yang Maha Esa, dimana anggota menyampaikan maksud dan kehendak perorangan atau kelompok. Ritual ini dapat dilaksanakan di berbagai tempat, antara lain tempat kediaman, balai, hutan, lapangan, kebun, dsb.—pada dasarnya ritual ini dapat dilakukan di mana saja, sesuai dengan kebutuhan upacara. Perlengkapan yang dibutuhkan untuk ritual ini antara lain hewan potong (ayam, babi, kerbau), peti tempat tulang yang dibongkar, beras, dan sesaji lainnya. Sementara pakaian yang digunakan saat ritual disesuaikan dengan upacaranya. Sedangkan untuk pelaksanaan doa bisa dilakukan sewaktu-waktu, jadi bisa kapan saja dan di mana saja, baik perseorangan maupun didampingi balian.

Sementara itu pengamalan dalam kehidupan pribadi seorang penghayat Hiang Piumpang adalah dengan mewariskan kebudayaan leluhur dari nenek moyang, dalam wujud meneladani sikap dan perbuatannya serta menghindari pantangan/larangan atau sesuatu yang dianggap tabu. Bagi penghayat Hiang Piumpang, nilai-nilai luhur tersebut sampai ke manusia melalui perantara. Perantara antara manusia dengan Sang Pencipta itu mereka sebut sebagai Sahabat. Para Sahabat itulah yang banyak melindungi para penghayat dari berbagai masalah.

Penghayat Hiang Piumpang memiliki sejumlah pantangan, antara lain anak kecil tidak boleh tidur di sore hari. Mereka juga memiliki tanda atau isyarat khusus, misalnya bunyi sinui (bunyi binatang) tandanya hari akan menjelang malam, sedangkan bunyi pipit masuk rumah pada malam hari artinya rumah tersebut untuk sementara dikosongkan.

Nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh para penghayat juga mencakup hubungan manusia dengan alam, yang mana pelestariannya sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Aktivitas keseharian yang meliputi bekerja di sawah, ladang, dan perkebunan menjadikan para penghayat mengenal ilmu perbintangan dan bulan-bulan mujur. Misalnya:

  • Bulan terbaik untuk menugal (menyemai padi) adalah bulan ketiga-kelima, saat bintang Awahat berada tepat di atas kepala. Bintang ini adalah permulaan manunggal, maka pekerjaan menyesuaikan.
  • Pada bulan Kapitu (bulan ke-7), hewan-hewanseperti ikan dan burung akan sangat sulit dicari, dan tanaman yang akan banyak tumbuh hanya Rabung (bambu). Biasanya pada bulan ini orang-orang banyak mencari rabung untuk dibuat menjadi sayur, karena ikan sulit dicari.
  • Bulan Kasanga (ke-9) adalah saat dimana guntur dan kilat paling dahsyat menyambar.
  1. ^ Ensiklopedi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Indonesia. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. [Jakarta]: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2006. ISBN 9789791607117. OCLC 424338489. 

Developed by StudentB