Kamp pemusnahan atau kamp kematian adalah kamp yang dirancang dan dibangun oleh Jerman Nazi selama Perang Dunia II (1939–45) untuk memusnahkan jutaan orang Yahudi, Slavia, Rom, komunis, dan kelompok-kelompok lain yang dianggap sebagai "Untermenschen" (bangsa rendahan). Mereka dibunuh dengan menggunakan gas atau kondisi kerja yang ekstrem dan kelaparan.[1][2]
Gagasan pemusnahan massal dengan menggunakan fasilitas tetap yang dibangun khusus untuk tujuan tersebut merupakan hasil dari ujicoba penggunaan gas beracun buatan yang dilakukan oleh Nazi selama program eutanasia rahasia Aksi T4 terhadap orang-orang yang dianggap cacat fisik dan mental.[3] Orang yang dianggap telah mengembangkan konsep kamar gas adalah Dr Albert Widmann, kepala ahli kimia Polisi Kriminal Jerman (Kripo).[4] Kendaraan gas pertama diproduksi di Berlin dan digunakan oleh Komando Lange dari tanggal 21 Mei hingga 8 Juni 1940 di kamp konsentrasi Soldau, Polandia, untuk membunuh 1.558 pasien rumah sakit jiwa.[5][6] Lange kemudian menggunakan pengalaman ini untuk mendirikan kamp pemusnahan Chelmno.[7] Widmann melakukan ujicoba pembunuhan dengan menggunakan gas di Timur pada September 1941 di Mogilev dan memprakarsai pembunuhan pasien-pasien rumah sakit lokal sembari meminimalisasi dampak psikologis terhadap anggota Einsatzgruppe.[8] Teknologi ini diadaptasi, dikembangkan dan diterapkan untuk korban jiwa dari berbagai kelompok etnis dan nasional. Genosida orang Yahudi di Eropa merupakan bagian dari "Solusi Akhir persoalan Yahudi" Reich Ketiga.[9] Peristiwa ini kini dikenal dengan nama Holocaust.[1][10]
Kamp pemusnahan juga didirikan oleh rezim fasis Ustaše di Negara Merdeka Kroasia yang bersekutu dengan Jerman Nazi. Kroasia melancarkan pembantaian orang Serbia, Yahudi, Rom, dan musuh-musuh politik Kroasia dan Muslim Bosnia dari tahun 1941 hingga 1945.[11]
It is presently estimated that the Ustaša regime murdered between 77,000 and 99,000 people in Jasenovac between 1941 and 1945.