Kampanye Sulawesi Selatan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia | |||||
| |||||
Pihak terlibat | |||||
Tentara Republik Indonesia (TRI) Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) Pasukan ireguler setempat |
Depot Special Forces (DST) Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) Kepolisian Garda desa | ||||
Tokoh dan pemimpin | |||||
Sam Ratulangi |
Kapten Westerling Kolonel De Vries | ||||
Kekuatan | |||||
Tidak diketahui | 123 tentara DST | ||||
Korban | |||||
Kira-kira 5.000 tewas; sebagian besar di antaranya non-kombatan |
3 tentara DST tewas Beberapa tentara KNIL, anggota garda desa, dan polisi tewas |
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Kampanye Sulawesi Selatan (10 Desember 1946 – 21 Februari 1947), yang juga dikenal sebagai Pembantaian Westerling, adalah bagian dari Revolusi Nasional Indonesia. Kampanye ini mempertemukan kaum Republikan Indonesia setempat di Sulawesi dengan tentara Belanda yang datang untuk merebut kembali kekuasaannya. Serangan kontrapemberontak Belanda dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang kapten kontroversial di KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger). Operasi Westerling, yang dimulai bulan Desember 1946 sampai Februari 1947, berhasil meredam pemberontakan dan menghapus dukungan warga lokal terhadap kaum Republik dengan menjalankan eksekusi mati langsung terhadap orang-orang yang diduga musuh.