Dalam kimia, keadaan standar dari suatu material (zat, campuran atau larutan murni) adalah titik referensi yang digunakan untuk menghitung sifatnya dalam kondisi yang berbeda. Pada prinsipnya, pilihan keadaan standar bersifat sembarang, meskipun International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) merekomendasikan seperangkat keadaan standar konvensional untuk penggunaan umum.[1] IUPAC merekomendasikan penggunaan tekanan standar po = 105 Pa.[2] Tegasnya, suhu bukanlah merupakan bagian dari definisi keadaan standar. Sebagai contoh, seperti yang dibahas di bawah ini, keadaan standar gas secara konvensional dipilih untuk berada pada satuan tekanan (biasanya dalam bar) gas ideal, tanpa memandang suhu. Namun, sebagian besar tabel kuantitas termodinamika dikompilasi pada suhu tertentu, paling sering 29.815 K (29.542 °C; 53.207 °F) atau, terkadang dan tak umum, pada 27.315 K (27.042 °C; 48.707 °F).
Keadaan standar seharusnya tidak terbingungkan dengan suhu dan tekanan standar (STP) untuk gas,[3] atau dengan larutan standar yang digunakan dalam kimia analitik.[4]
Untuk material atau zat tertentu, keadaan standar adalah keadaan referensi untuk berbagai sifat termodinamika material seperti entalpi, entropi, energi bebas Gibbs, dan untuk banyak standar material lainnya. Perubahan entalpi pembentukan standar untuk unsur dalam keadaan standarnya adalah nol, dan konvensi ini memungkinkan berbagai kuantitas termodinamika lainnya untuk dihitung dan ditabulasikan. Keadaan standar suatu zat tidak harus ada di alam: misalnya, adalah mungkin untuk menghitung nilai uap pada suhu 298.15 K dan 105 Pa, walaupun uap tidak ada (sebagai gas) di bawah kondisi tersebut. Keuntungan dari praktek ini adalah bahwa tabel sifat termodinamika yang disiapkan dengan cara ini adalah konsisten.