Berbagai keberatan terhadap evolusi telah dicetuskan berulang-ulang sejak munculnya pemikiran-pemikiran evolusi pada awal abad ke-19.[1] Pemikiran-pemikiran bahwa hukum-hukum alam mengontrol perkembangan alam dan perkembangan masyarakat mendapatkan dukungan yang luas dengan terbitnya buku The Constitution of Man pada tahun 1828 oleh George Combe dan Vestiges of the Natural History of Creation pada tahun 1844 oleh seorang penulis anonim.[2] Ketika Charles Darwin menerbitkan buku On the Origin of Species pada tahun 1859, ia secara perlahan-lahan meyakinkan komunitas ilmiah bahwa evolusi merupakan hipotesis yang valid dan secara empiris dibenarkan. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, para ilmuwan berhasil mengembangkan sintesis evolusi modern yang mengkombinasikan teori seleksi alam Darwin dengan genetika populasi.[2] Sejak periode ini, keberadaan proses-proses evolusi dan kemampuan sintesis evolusi modern untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa proses-proses ini muncul menjadi tidak kontroversial lagi di kalangan biologiawan.[3]
Setelah perkembangan sintesis modern, hampir semua kritik-kritik terhadap evolusi datang dari sumber-sumber religius dan bukannya berasal dari komunitas ilmiah itu sendiri.[4] Namun, banyak pula umat kristen yang percaya pada Tuhan sebagai Sang Pencipta tidak melihat evolusi sebagai pemikiran yang bertolak dengan kepercayaan mereka dan mereka menerima teori dan proses evolusi.[5]
Berbeda dengan berbagai keberatan awal yang diajukan terhadap evolusi, di mana terdapat perbedaan yang jelas antara keberatan yang diajukan secara ilmiah dengan keberatan yang diajukan secara religi, akhir-akhir ini terdapat usaha-usaha untuk mengaburkan perbedaan ini. Terutama oleh gerakan sains kreasi dan perancangan cerdas yang menyerang dasar-dasar empiris ilmu pengetahuan dan berargumen bahwa terdapat banyak bukti-bukti ilmiah yang lebih banyak yang membuktikan perancangan kehidupan oleh makhluk cerdas. Kebanyakan argumen yang menentang evolusi meliputi argumen terhadap bukti-bukti evolusi, metodologi evolusi, kemasukakalan evolusi, moralitas evolusi, dan penerimaan biologi evolusi di kalangan ilmuwan. Walaupun begitu, para ilmuwan dan komunitas ilmiah menolak keberatan-keberatan yang diajukan tersebut sebagai sesuatu yang tidak memiliki kesahihan, oleh karena argumen tersebut didasarkan pada kesalahpahaman pada konsep teori ilmiah dan penafsiran yang salah pada hukum-hukum fisika dasar.[6]