Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (7 November) |
Kekaisaran Karoling dan Franka Romanorum sive Francorum imperium (Latin) | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
800–888 | |||||||||||||
Oriflame Karol yang Agung | |||||||||||||
Kekaisaran Karoling pada tingkat terluasnya pada 814 M
| |||||||||||||
Ibu kota | Metz,[1] Aachen | ||||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||||
Era Sejarah | Abad Pertengahan | ||||||||||||
• Penobatan Charlemagne | 800 | ||||||||||||
• Pembagian Kekaisaran | 843 | ||||||||||||
• Kematian Karl yang Gendut | 888 | ||||||||||||
Luas | |||||||||||||
800 | 1.112.000 km2 (429.000 sq mi) | ||||||||||||
Populasi | |||||||||||||
• 800 | 10,000,000–20,000,000 | ||||||||||||
| |||||||||||||
Kekaisaran Karoling (800–888) adalah sebuah kekaisaran besar di kawasan barat dan tengah wilayah Eropa pada permulaan Abad Pertengahan. Kekaisaran ini diperintah oleh raja-raja wangsa Karoling, yang sudah memerintah sebagai raja-raja orang Franka sejak 751 dan sebagai raja-raja orang Lombardia di Italia sejak 774. Pada 800, Raja Franka Karel Agung dinobatkan menjadi kaisar di Roma oleh Paus Leo III sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali Kekaisaran Romawi di barat selama masa kekosongan takhta Kekaisaran Romawi Timur. Seusai perang saudara (840–43) yang meletus sepeninggal Kaisar Ludwig Saleh, kekaisaran ini dipecah menjadi sejumlah kerajaan otonom. Salah satu raja tetap diakui sebagai kaisar, tetapi hanya memiliki sedikit kewenangan di luar wilayah kerajaannya sendiri. Persatuan kekaisaran dan hak waris wangsa Karoling masih terus dijunjung tinggi.
Pada 884, Karel Gemuk mempersatukan kembali seluruh kerajaan untuk terakhir kalinya, tetapi ia mangkat pada 888 dan kekaisaran pun serta-merta kembali terpecah-belah. Karena satu-satunya ahli waris sah laki-laki dari wangsa Karoling yang tersisa kala itu adalah seorang kanak-kanak, maka para bangsawan memilih kaisar dari antara raja-raja regional yang tidak termasuk nasab Karoling atau, sebagaimana yang terjadi di Kerajaan Franka Timur, seorang keturunan wangsa Karoling yang terlahir di luar nikah. Garis keturunan Karoling dari anak luar nikah ini terus memerintah Kerajaan Franka Timur sampai 911, sementara di Kerajaan Franka Barat garis keturunan Karoling yang sah dikembalikan ke tampuk kekuasaan pada 898 dan memerintah sampai 987 walau sempat terjeda antara 922 sampai 936.
Luas wilayah kekaisaran ini ketika baru terbentuk kira-kira 1.112.000 kilometer persegi (429.000 mil persegi), dengan populasi antara 10 sampai 20 juta jiwa.[2] Kawasan selatan dari wilayah kekaisaran ini berbatasan dengan wilayah Emirat Kórdoba dan, sesudah 824, dengan wilayah Kerajaan Pamplona; kawasan utara berbatasan dengan wilayah kerajaan orang Dan; di kawasan barat terdapat garis sempadan darat yang tak seberapa panjang, memisahkan wilayah kekaisaran dari wilayah Bretagne, yang kelak ditundukkan menjadi wilayah pembayar upeti; dan di kawasan timur terdapat garis sempadan panjang, memisahkan wilayah kekaisaran dari negeri orang Slavia dan orang Avar, yang kelak ditaklukkan dan digabungkan dengan wilayah kekaisaran. Di Italia Selatan, klaim wangsa Karoling atas kewenangan memerintah dibantah oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan sisa-sisa kawula Kerajaan Lombardia di Kepangeranan Benevento.
Istilah "Kekaisaran Karoling" baru lazim pada zaman modern. Bahasa resmi pemerintahan kekaisaran ini adalah bahasa Latin. Kekaisaran ini pernah disebut dengan berbagai nama seperti universum regnum ("kerajaan semesta", berbeda dari kerajaan-kerajaan regional), Romanorum sive Francorum imperium ("kekaisaran orang Romawi maupun orang Franka"), Romanum imperium ("kekaisaran Romawi") atau bahkan imperium christianum ("kekaisaran Kristen").[3]
The size of the Carolingian empire can be roughly estimated at 1,112,000 km²