Kemarahan

Kemarah

Kemarahan, amarah, keberangan, kegusaran, atau kemurkaan (bahasa Inggris: wrath, anger; bahasa Latin: ira) adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin.[1] Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi saat seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar.[2]

Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi publik.[3] Manusia dan hewan lain sebagai contoh dapat mengeluarkan suara keras, upaya untuk tampak lebih besar secara fisik, memamerkan gigi mereka, atau melotot.[4] Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Kontak fisik jarang terjadi tanpa ekspresi kemarahan paling tidak oleh salah seorang partisipan.[4] Meskipun sebagian besar pelaku menjelaskan bahwa rasa marah timbul karena "apa yang telah terjadi pada mereka," ahli psikologi menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif.[5]

Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial.[5][6]

Meskipun banyak filsuf dan penulis telah memperingatkan terhadap kemarahan yang spontan dan tak terkendali, terdapat ketidaksepakatan tentang nilai intrinsik dari kemarahan. Penanganan kemarahan telah menjadi bahan tulisan sejak para filsuf awal hingga saat ini. Ahli psikologi modern, berlawanan dengan para penulis awal, juga telah menunjukkan dampak buruk karena menekan rasa marah.[7] Penunjukan kemarahan juga telah digunakan sebagai strategi manipulasi untuk pengaruh sosial.[8][9]

Marah ialah emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah diperlakukan tidak benar. Kemarahan membantu kita memahami bahwa kita merasa dirugikan dan memberi dorongan untuk bertindak atau memperbaiki keadaan. Kemarahan dapat berupa amarah, rasa sakit hati, sedih, atau merasa terancam, cemas atau takut. Berkaitan dengan kadar adrenalin yang meningkatkan gejala fisik. Keinginan kuat untuk melakukan sesuatu untuk menakut-nakuti atau mengintimidasi seseorang.[10]

Marah membuat bagian otak yang mengatur perasaan dan emosional menjadi "overdrive" atau kelebihan beban sehingga menyebabkan kita menjadi kurang berfikir dan memahami. mengontrol marah dapat dilakukan dengan membuat otak berfikir kembali.[11] Mengampuni dan memaafkan serta mencoba mamahami dapat juga membantu me-"manage" kemarahan kita.[12]

  1. ^ "Anger definition". Medicine.net. Diakses tanggal 2008-04-05. 
  2. ^ Raymond DiGiuseppe, Raymond Chip Tafrate, Understanding Anger Disorders, Oxford University Press, 2006, pp.133-159.
  3. ^ Michael Kent, Anger, The Oxford Dictionary of Sports Science & Medicine, Oxford University Press, ISBN 0-19-262845-3
  4. ^ a b Primate Ethology, 1967, Desmond Morris (Ed.). Weidenfeld & Nicolson Publishers: London, p.55
  5. ^ a b Raymond W. Novaco, Anger, Encyclopedia of Psychology, Oxford University Press, 2000
  6. ^ John W. Fiero, Anger, Ethics, Revised Edition, Vol 1
  7. ^ Simon Kemp, K.T. Strongman, Anger theory and management: A historical analysis, The American Journal of Psychology, Vol. 108, No. 3. (Autumn, 1995), pp. 397-417
  8. ^ Sutton, R. I. Maintaining norms about expressed emotions: The case of bill collectors, Administrative Science Quarterly, 1991, 36:245-268
  9. ^ Hochschild, AR, The managed heart: Commercialization of human feeling, University of California Press, 1983
  10. ^ https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/manajemen-marah#:~:text=Marah%20adalah%20emosi%20yang%20ditandai,untuk%20bertindak%20atau%20memperbaiki%20keadaan.
  11. ^ "Advice | Anger overwhelms our thinking brain. Here's how to bring it back online". Washington Post (dalam bahasa Inggris). 2023-10-06. ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2024-08-08. It is also helpful to understand what happens in our brains when we are angry. Our emotional brain goes into overdrive, and our thinking brain becomes less active. Managing anger requires us to bring our thinking brain back online.[...]The more we use our thinking brain to evaluate our behaviors, including how they might affect others, the more we can guide decisions in balanced ways. 
  12. ^ "How to Prevent Anger's Damage to Your Brain | Psychology Today". www.psychologytoday.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-08. Mercy and forgiveness, precursors for bridling anger, can reduce or eliminate the damage the amygdala’s prehistoric reaction causes to both the thrower of hot coals and the person struck by them. But what happens when you can’t forgive? When an offense is so horrific that you believe even God could not forgive what the person did. The answer lies in understanding. 

Developed by StudentB