Kereta maglev (berasal dari kata magnetic levitation) atau kereta rel magnet (KRM) adalah jenis kereta api yang bergerak pada posisi melayang atau mengambang (levitasi). Posisi tersebut dihasilkan oleh gaya elektromagnetik, sehingga menghilangkan hambatan gelinding.[1][2][3]
Dibandingkan dengan kereta api konvensional, kereta maglev memiliki kecepatan yang lebih tinggi, akselerasi dan deselerasi yang lebih unggul, biaya perawatan yang lebih rendah, penanganan derajat yang lebih baik, dan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Namun, biaya pembangunannya lebih mahal, tidak dapat menggunakan infrastruktur yang ada, dan memakan lebih banyak energi di fase kecepatan tinggi.[4]
Kereta Maglev telah mencetak beberapa rekor kecepatan. Rekor kecepatan 603 km/jam dipegang oleh maglev eksperimental Seri L0 dari Jepang pada tahun 2015.[5] Sejak tahun 2002 hingga 2021, rekor kecepatan maglev operasional tertinggi yaitu 431 km/jam dipegang oleh Maglev Shanghai, yang menggunakan teknologi Transrapid dari Jerman.[6] Maglev ini menghubungkan Bandara Internasional Pudong Shanghai dan pinggiran Pudong, Shanghai. Pada kecepatan tertinggi di sejarahnya, ia menempuh jarak 30,5 km hanya dalam waktu 8 menit.
Sistem maglev yang berbeda mencapai levitasi dengan cara yang berbeda, yang secara umum terbagi dalam dua kategori: suspensi elektromagnetik (EMS) dan suspensi elektrodinamik (EDS). Penggerak kereta maglev biasanya adalah motor linier.[7] Daya yang dibutuhkan untuk mengambang biasanya bukan merupakan persentase besar dari keseluruhan konsumsi energi sistem maglev berkecepatan tinggi.[8] Sebaliknya, mengatasi gaya hambat memerlukan energi paling besar. Teknologi kereta vakum (vactrain) telah diusulkan sebagai cara untuk mengatasi keterbatasan ini.
Meskipun penelitian dan pengembangan maglev telah dilakukan selama lebih dari satu abad, saat ini hanya ada enam kereta maglev yang beroperasi — tiga di Tiongkok, dua di Korea Selatan, dan satu di Jepang.