Kesultanan Melayu Melaka كسلطانن ملايو ملاك | |||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1400–1511 | |||||||||||||||||
Ibu kota | Melaka | ||||||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Melayu klasik | ||||||||||||||||
Agama | Islam | ||||||||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||||||||
Sultan | |||||||||||||||||
• 1402-1414 | Parameswara(Pertama) | ||||||||||||||||
• 1513-1528 | Mahmud Syah(Terahkir) | ||||||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||||||
• Didirikan | 1400 | ||||||||||||||||
1511 | |||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Sekarang bagian dari | Malaysia Indonesia Singapura Thailand | ||||||||||||||||
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Kesultanan Melaka atau Kesultanan Malaka adalah sebuah kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Melaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara imbas perang Jawa dengan Siam di daerah tersebut, kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke-15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Melaka, sebelum ditaklukan oleh Portugis pada 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.
Pada awalnya Melaka bukanlah sebuah Kerajaan beragama Islam. Hal ini berubah ketika Parameswara menikah dengan Putri Sultan Zainal Abidin Malikuzzahir dari Samudera Pasai dan masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Sultan Iskandar Syah [1].
Keadaan Islam Parameswara diceritakan dalam tulisan Laksamana Cheng Ho yang pernah berkunjung ke Melaka pada tahun 1409. Tulisan tersebut menjelaskan bahwa pada saat itu Parameswara masih berkuasa, dan ia sebagai raja dan rakyat Melaka sudah beragama Islam.
Dengan masuk dan berkembangnya Islam di Kesultanan Melaka merupakan cikal bakal berkembangnya agama Islam di kawasan Nusantara, hal ini karena Kesultanan Melaka merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat di Nusantara. Karena dari kawasan Melaka pemakaian bahasa dan penyebaran kebudayaan Melayu Islam tersebar dihampir keseluruh kawasan Nusantara. Apa yang kita gunakan sebagai alat komunikasi di Nusantara saat ini merupakan hasil yang positif dari keagungan Melaka sebagai jantung kebudayaan Melayu Islam di Nusantara [1].