Kesultanan Kadriyah Pontianak کسلطانن قدريه ڤونتيانق | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1771–Sekarang | |||||||||||||
Wilayah Zelfbestuur (Swapraja) di Kalimantan Barat dan Tengah, termasuk Kesultanan Pontianak, pada tahun 1941. | |||||||||||||
Ibu kota | Kota Pontianak | ||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Melayu (sebagai bahasa perdagangan), Melayu Pontianak (dominan) | ||||||||||||
Agama | Islam | ||||||||||||
Pemerintahan | Monarki Kesultanan | ||||||||||||
Sultan | |||||||||||||
• 1778-1808 | Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie | ||||||||||||
• 1945-1978 | Sultan Syarif Hamid II Alkadrie | ||||||||||||
• 2017-Sekarang | Sultan Syarif Machmud Melvin Alkadrie | ||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||
• Didirikan | 1771 | ||||||||||||
1779 | |||||||||||||
1944 | |||||||||||||
1947 | |||||||||||||
• Bergabung dengan Indonesia | 1950 Sekarang | ||||||||||||
| |||||||||||||
Sekarang bagian dari | Kota Pontianak, Kalimantan Barat Sebagian Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat Sebagian Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat | ||||||||||||
Kesultanan Kadriyah Pontianak adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Aburrahman Bin Husein Bin Ahmad Alkadri di daerah muara simpang tiga Sungai Kapuas kecil dan sungai landak yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Kerajaan Mempawah, Utin Chandramidi, dan kedua pada tahun 1768 dengan Ratu Syahranum (Ratoe Sarib Anom) dari Kesultanan Banjar (putri atau saudara dari Sultan Saat/Sulaiman Saidullah 01), sehingga ia dianugerahi gelar Pangeran Nur Alam.[1][2][3][4][5][6] Setelah Habib Husein, ayah Syarif Abdurrahman, wafat di Mempawah pada tahun 1771, mereka memutuskan mencari wilayah baru dan mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadriyah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak pada tahun 1778.