Ketidakkekalan (Buddhisme)

Ketidakkekalan, anicca (Pāli), atau anitya (Sanskerta) merupakan suatu ajaran penting dalam Buddhisme.[1][2][3] Ajaran ini menyatakan bahwa semua realitas yang berkondisi (saṅkhāra), tanpa kecuali, bersifat "sementara, cepat berlalu, tidak kekal".[1]

Ketidakkekalan merupakan satu dari trilaksana (tiga karakteristik keberadaan)—dua yang lainnya adalah penderitaan (dukkha) dan tanpa-atma (anatta).[4]

Anicca berbeda dengan Nirwana, yaitu realitas yang bersifat nicca, atau tidak mengenal perubahan, pembusukan, atau kematian.[1]

  1. ^ a b c Thomas William Rhys Davids; William Stede (1921). Pali-English Dictionary. Motilal Banarsidass. hlm. 355, Article on Nicca. ISBN 978-81-208-1144-7. 
  2. ^ Richard Gombrich (2006). Theravada Buddhism. Routledge. hlm. 47. ISBN 978-1-134-90352-8. , Quote: "All phenomenal existence [in Buddhism] is said to have three interlocking characteristics: impermanence, suffering and lack of soul or essence."
  3. ^ Robert E. Buswell Jr.; Donald S. Lopez Jr. (2013). The Princeton Dictionary of Buddhism. Princeton University Press. hlm. 42–43, 47, 581. ISBN 978-1-4008-4805-8. 
  4. ^ Richard Gombrich (2006). Theravada Buddhism. Routledge. hlm. 47. ISBN 978-1-134-90352-8. All phenomenal existence [in Buddhism] is said to have three interlocking characteristics: impermanence, dukkha and lack of soul, that is, something that does not change. 

Developed by StudentB