Dalam sejarah Tiongkok, Legalisme (Hanzi: 法家; Hanzi: Fǎjiā; Wade-Giles: Fa-chia) adalah salah satu dari empat aliran utama filsafat Tiongkok pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur serta Periode Negara Perang (tiga lainnya adalah Konfusianisme, Taoisme, dan Mohisme). Periode ini (770 SM-221 SM) adalah zaman pertumbuhan besar kebudayaan dan intelektual di Tiongkok yang menghasilkan Seratus Aliran Pemikiran. Di bawah kepemimpinan Li Si, legalisme versinya menjadi ideologi dominan di Tiongkok. Beberapa ahli menganggap versi legalisme Li Si merupakan salah satu ideologi totalitarianisme paling awal.[1] Legalisme adalah suatu filsafat politik pragmatis yang tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi seperti alam dan tujuan kehidupan.[2] Legalisme di sini memiliki pengertian "filsafat politik yang mengedepankan aturan hukum", dan karenanya dibedakan dengan pengertian Dunia Barat mengenai kata ini.