Mahmud Syah I | |
---|---|
Khalifatul Mukminin Zilullah fil Alam, Paduka Sri Sultan | |
Raja Melaka ke-8 | |
Berkuasa | 1446–1459 |
Penobatan | 1446 |
Pendahulu | Alauddin Riayat Syah I |
Penerus | Alauddin Riayat Syah II (Sebagai Kesultanan Johor Riau) |
Kelahiran | Raja Hussain |
Kematian | Pekantua, Kampar |
Pemakaman | Kuala Tolam, Kec. Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Riau |
Pasangan | Tun Fatimah (yang digelari sebagai Srikandi Melayu) |
Keturunan | |
Wangsa | Mauli |
Dinasti | Melaka |
Ayah | Sultan Alauddin Riayat Syah I |
Ibu | Tun Senaja binti Sri Nara Diraja Tun Ali |
Agama | Islam |
Sultan Mahmud Syah adalah raja kedelapan dan terakhir dari Kesultanan Melaka. Dia dipilih sebagai raja menggantikan ayahnya, Ala'uddin Riayat Syah dari Malaka, melangkahi saudaranya yang lebih tua, Munawar Syah.
Pemerintahan Sultan Mahmud Syah atas Malaka berakhir dengan serangan Portugis yang menaklukkan Melaka pada 1511. Mahmud Syah kemudian memindahkan ibu kotanya ke Bintan. Setelah ibu kota di Bintan dibumihanguskan Portugis, dia kemudian mengundurkan diri ke Kampar, tempat dia wafat pada tahun 1528.
Putra ke-2 Sultan Mahmud Syah, Ala'uddin Riayat Syah II dari Johor kemudian mendirikan kerajaan baru di Johor. Putra Sulung Sultan Mahmud Syah, Mudzaffar Syah kemudan mendirikan kerajaan baru di Perak