Masjid-i Janmasthan (मस्जिद ए जन्मस्थान) | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Ayodhya, India |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Tughlaq |
Rampung | 1527 |
Spesifikasi | |
Kubah | 3 |
Menara | - |
Masjid Babri (bahasa Urdu: بابری مسجد, bahasa Hindi: बाबरी मस्जिद), atau Masjid Babur adalah sebuah masjid yang didirikan oleh Kaisar Mughal pertama India, Babur, di Ayodhya pada tahun 1527.[1][2] Sebelum tahun 1940-an, masjid ini dinamakan Masjid-i Janmasthan (bahasa Urdu: مسجدِ جنمستھان, bahasa Hindi: मस्जिद ए जन्मस्थान, artinya: "masjid tempat kelahiran").[3] Masjid ini berdiri di Bukit Ramkot (disebut juga Janmasthan ("tempat kelahiran")). Masjid Babri diruntuhkan oleh sekitar 150.000 orang dari kaum nasionalis Hindu pada tanggal 6 Desember 1992,[4] dalam sebuah peristiwa yang sebelumnya sudah direncanakan, walaupun sebelumnya Mahkamah Agung India sudah melarang perusakan masjid itu.[5][6] Lebih dari 2.000 orang tewas dalam kerusuhan berikutnya di banyak kota besar di India, termasuk Mumbai dan Delhi.[7]
Kaum nasionalis Hindu meyakini bahwa panglima perang Babur, Mir Baki telah menghancurkan sebuah kuil Hindu yang sebelumnya berdiri di situs masjid, yang mereka percayai kuil tersebut dibangun untuk memperingati hari kelahiran Rama, inkarnasi dari Wisnu dan juga penguasa Ayodhya (lihat Ram Janmabhoomi). Menariknya masjid ini berbagi tembok dengan kuil rama. Masjid Babri adalah salah satu masjid terbesar di Uttar Pradesh, sebuah negara bagian India yang memiliki populasi Muslim 31 juta orang.[8] Walau ada beberapa masjid yang lebih tua di kota Ayodhya, sebuah daerah dengan populasi warga Muslim yang signifikan, termasuk Masjid Hazrat Bal yang didirikan oleh raja-raja Shariqi, Masjid Babri dianggap yang terbesar dikarenakan tempat berdirinya yang disengketakan.
Dalam bukletnya, Communal History and Rama's Ayodhya, Profesor Ram Sharan Sharma menuliskan, "Ayodhya tampaknya muncul sebagai tempat ziarah keagamaan pada masa kuno. Walaupun bab 85 Vishnu Smriti menuliskan daftar sebanyak 52 tempat ziarah, termasuk kota-kota, danau, sungai, gunung, dan sebagainya, Ayodhya tidak termasuk dari daftar ini."[9] Sharma juga menyebutkan bahwa Tulsidas, yang menulis Ramcharitmanas pada tahun 1574 di Ayodhya, tidak menyebutkan tempat itu sebagai tempat ziarah.[9] Setelah peruntuhan Masjid Babri, Profesor Ram Sharan Sharma bersama dengan sejarawan Suraj Bhan, M.Athar Ali dan Dwijendra Narayan Jha menuliskan pembahasan Historian's report to the nation tentang bagaimana rakyat memiliki pandangan yang salah bahwa di tempat tersebut dulunya dibangun kuil Hindu, juga tentang perlakuan perusakan yang dianggap vandalisme.[10]