Maurice Merleau-Ponty | |
---|---|
Lahir | 14 Mei 1908 |
Meninggal | 4 Mei 1961 |
Era | Abad 20 |
Kawasan | Filsafat Barat |
Aliran | Fenomenologi, Eksistensialisme, Marxisme |
Minat utama | Psikologi, Metafisika, epistemologi, seni |
Dipengaruhi | |
Memengaruhi |
Maurice Merleau-Ponty adalah seorang filsuf Prancis beraliran fenomenologi abad 20.[1] Aliran filsafatnya mula-mula dipengaruhi oleh pemikiran Edmund Husserl dan Martin Heidegger serta Jean Paul Sartre, ketiga filsuf yang mengembangkan fenomenologi sebagai pendekatan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, lambat laun Merleau-Ponty memisahkan diri dan memasukkan teori linguistik dari Ferdinand de Saussure dalam buku Levi Strauss.[1] Kalimat terkenal yang ia ucapkan adalah manusia adalah makhluk pencari makna.
Argumen yang gigih untuk signifikansi dasar persepsi dalam pengalaman manusia tentang alam semesta terletak di pusat pemikiran filosofis Merleau-Ponty. Persepsi, menurut Merleau-Ponty, adalah percakapan konstan antara tubuh yang hidup dan dunia yang dilihatnya, di mana para subjek secara pasif dan aktif berusaha mengartikulasikan dunia yang dialami dengan berkolaborasi dengan orang lain. Dia adalah satu-satunya fenomenolog penting yang aktif dalam ilmu pengetahuan selama paruh pertama abad kedua puluh. Tulisan-tulisannya menjadi berpengaruh dalam proyek naturalisasi fenomenologi, di mana para fenomenolog menggunakan temuan-temuan psikologi dan ilmu kognitif.[2]
Merleau-Ponty menekankan tubuh sebagai situs utama untuk mengetahui dunia, membalikkan tradisi filosofis lama yang menempatkan kesadaran sebagai sumber pengetahuan, dan berargumen bahwa tubuh yang merasakan dan dunia yang dialaminya tidak dapat dipisahkan.[2] Artikulasi keunggulan perwujudan (corporéité) membawanya menjauh dari fenomenologi dan menuju apa yang kemudian disebutnya sebagai "ontologi tidak langsung" atau ontologi "daging dunia" (la chair du monde), seperti yang terlihat pada karya terakhirnya yang belum selesai, "The Visible and Invisible", dan esai terakhirnya yang diterbitkan, "Eye and Mind".
Sepanjang kariernya, Merleau-Ponty terlibat dengan Marxisme. Humanism and Terror, bukunya yang terbit pada 1947, secara umum dipandang sebagai dukungan terhadap uji coba fiksi Soviet.[3] Menurut Slavoj Zizek, buku ini menghindari dukungan definitif terhadap posisi Uni Soviet, alih-alih menggunakan teori sejarah Marxis sebagai kritik terhadap liberalisme, untuk mengungkapkan antinomi yang belum terselesaikan dalam politik modern, antara humanisme dan teror: jika nilai-nilai kemanusiaan hanya dapat dicapai melalui kekerasan, dan jika ide-ide liberal menyembunyikan realitas yang tidak liberal, bagaimana tindakan politik yang adil dapat diputuskan? Hingga akhir hayatnya, Merleau-Ponty tetap terlibat namun kritis dengan kaum kiri Marxis, terutama selama masa jabatannya sebagai editor politik jurnal Les Temps modernes.