Muhammad dari Banjar | |||||
---|---|---|---|---|---|
SULTAN BANJAR X | |||||
Berkuasa | 3 Agustus 1759- Wafat 16 Januari 1761 | ||||
Penobatan | 3 Agustus 1759 | ||||
Pendahulu | Sultan Tamjidullah I | ||||
Penerus | Sunan Nata Alam | ||||
Sultan | Lihat daftar | ||||
Kelahiran | Pangeran Muhammad | ||||
Pasangan | 1. ♀ Permaisuri Ratoe Muhammad binti Sultan Tamjidullah I
2. ♀ Adik kandung Gusti Kasim Aroeng Trawee radja Terawej Bugis Paser
| ||||
Keturunan | 1. ♀ Ratu Lawiyah( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I [1]
2. ♂ Pangeran Koesin( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)[2]
| ||||
| |||||
Wangsa | Dinasti Banjarmasin | ||||
Ayah | Paduka Seri Sultan Chamidullah Hamidullah dari Banjar sultan kuning bin Sultan Tahmidullah 01 Suria Alam dari Banjar bin Sultan Amarullah (Amru'llah) Bagus Kasuma atau Sultan Tahlilullah/Tahirullah Suria Angsa dari Banjar | ||||
Agama | Islam Sunni |
Pangeran Tachmit (Tahmidillah 01) sebagai putra mahkota bergelar Ratu Anum, kemudian bergelar abhiseka Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah [8] atau nama lainnya yang disebut dalam manuskrip Tutur Candi adalah Sultan Muhammadillah [9] Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah adalah Putra Mahkota atau ahli waris takhta dari Raja Banjar Sultan Hamidullah / il-Hamidullah /Sultan Kuning/Panembahan Kuning. Sultan Muhammad Aminullah memerintah sebagai Sultan Banjar antara tahun 1759-1761.[10]
Ia merupakan saudara ipar dari Panembahan Batu.[11], walaupun ada juga yang menyebut antara Pangeran Tachmit dengan Pangeran Natta (Tahmidillah II) sebagai saudara tirinya.[12][13]
Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, korespondensi antara Raja Banjar Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 10 September 1759 sampai 17 Juni 1760.[14]
Pangeran Muhammad [9] atau Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah adalah putera dari Sultan Hamidullah/Sultan Kuning. Muhammad yang berhasil naik tahta setelah mengkudeta pamannya yang sebenarnya adalah Wali Sultan. Sultan Muhammad wafat pada 16 Januari 1761, dengan meninggalakan puteranya yaitu Abdullah yang masih berumur tujuh tahun.[15] Di samping dibantu oleh Mangkubumi Pangeran Wira Nata (sepupu Sultan Muhammad), Sultan Muhammad juga dibantu oleh dua orang keponakannya Pangeran Jiwakusuma dan Pangeran Jiwanegara sebagai menteri dalam negeri yang masing disebut Mantri Panganan (Bentara kanan) dan Mantri Pangiwa (Bentara kiri), dan saudara tiri Sultan Muhammad bernama Gusti Wiramanggala dilantik sebagai salah seorang mantri sikap[16]
Pangeran Abdoe'llah Amirul Mukminin( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I) Pangeran Abdoe'llah x Ratu Siti Aermas anak dari Pangeran Wira nata Kusuma dikenal sunan Nata alam atau Tahmidilah II[17]menikahi ♀ Ratu Siti Aer Mas binti Pangeran Mangkubumi Sunan Nata Alam Pangeran Abdulah tidak meninggal mengasingkan diri ke Lampung sumatra selatan
Ratu Lawiyah( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I) menikahi [[Pangeran Wira Nata Kusuma - Tahmidillah II Sunan Nata Alam)[18]
Pangeran Amir ( Anak dari Adik kandung Gusti Kasim Aroeng Trawee radja Terawej Bugis Paser) ia pergi ke Tanah Bumbu Ratu Intan I menikah dengan Sultan Pasir, Sultan Dipati Anom Alamsyah Aji Dipati (1768-1799). Dengan dukungan bibinya Pangeran Amir mengembangkan kerajaan Kusan yang dibangun ayah nya pangeran Muhamadilah Raja Kusan I dan Pangeran Amir menjadi Raja Kusan II.[19] di Kalimantan Tenggara mendatangi saudara ibunya yaitu Ratu Intan I,Ratu Intan I yang jadi penguasa di Cantung dan Batu Licin. Ratu Intan I adalah anak Ratu Mas dari Tanah Bumbu binti Pangeran Mangu bin Pangeran Dipati Tuha II . Sultan Amir tertangkap pada 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka.