Nasionalisme etnik

Nasionalisme etnik, juga dikenal sebagai etno-nasionalisme, adalah jenis nasionalisme yang mendefinisikan "bangsa" berdasarkan etnik.[1]

Gagasan utama yang diangkat oleh kelompok nasionalis etnik adalah "bangsa didefinisikan oleh warisan budaya yang sama, yang biasanya mencakup bahasa yang sama, agama yang sama, dan nenek moyang etnik bersama".[2] Gagasan ini berbeda dengan gagasan "bangsa" berdasarkan budaya, karena gagasan tersebut memungkinkan seseorang dari kelompok etnik lain untuk berasimilasi. Gagasan ini juga berbeda dengan nasionalisme linguistik yang mendefinisikan "bangsa" berdasarkan bahasa yang dituturkan.

Asumsi utama dalam gagasan ini adalah kelompok etnik dapat didefinisikan dengan jelas, dan setiap kelompok memiliki hak penentuan nasib sendiri. Aspirasi yang diinginkan bisa bermacam-macam, dari keinginan untuk memiliki pemerintahan sendiri di dalam suatu negara, keinginan untuk memperoleh otonomi, hingga keinginan untuk merdeka. Dalam hubungan internasional, nasionalisme etnik dapat melahirkan gerakan iredentisme.

Nasionalisme etnik dapat dapat ditemui di negara-negara yang memiliki hukum repatriasi. Negara-negara seperti Armenia, Bulgaria, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Israel, Italia, Malaysia, Rumania, Rusia, Serbia dan Turki memberikan kewarganegaraan bagi anggota diaspora dari kelompok etnik yang dominan jika mereka ingin "pulang" atau "kembali ke tanah air".[2] Contohnya, Undang-Undang Kepulangan di Israel memberikan hak kepada semua anggota etnik Yahudi untuk menetap di Israel dan memperoleh kewarganegaraan Israel.[3]

  1. ^ "The Website of Political Research Associates". PublicEye.org. Diakses tanggal 26 May 2015. 
  2. ^ a b Muller, Jerry Z. "Us and Them." Current Issue 501 Mar/Apr 2008 9–14
  3. ^ Hadary, Amnon. "Reclaiming Zionism". Judaism Vol. 48. Issue 1, Winter 1999 1–14.

Developed by StudentB