Neil Ferguson OBE FMedSci | |
---|---|
Lahir | Neil Morris Ferguson 1968 (umur 55–56) |
Kebangsaan | British |
Almamater | University of Oxford (MA, DPhil) |
Karier ilmiah | |
Bidang | Epidemiology |
Institusi | Imperial College London |
Disertasi | Continuous interpolations from crystalline to dynamically triangulated random surfaces (1994) |
Pembimbing doktoral | John F. Wheater[1] |
Situs web | www |
Neil Ferguson adalah ahli wabah. Ia memiliki latar belakang biologi matematis, yang memiliki spesialisasi wabah penyakit menular manusia dan binatang. Ia direktur Abdul Latif Jameel Institute for Disease and Emergency Analytics (J-IDEA), Kepala Departemen Pengetahuan Wabah Penyakit Menular di School of Public Health dan Wakil Dekan Academic Development di Fakultas Pengobatan, di Imperial College, London. Ferguson menggunakan modelling matematis untuk memperoleh beberapa wabah penyakit menular termasuk flu babi tahun 2009 di Kerajaan Inggris dan epidemi Ebola di Afrika Barat tahun 2016. Ia juga meneliti penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti demam zika, demam kuning, demam dengi, dan malaria.[2]
Pada bulan Februari 2020, di tengah merebaknya pandemi novel coronavirus, yang dimulai di China, Ferguson dan timnya menggunakan model statistik untuk memperkirakan bahwa kasus Covid 19 sebenarnya kurang terdeteksi di China.[3] Ia melaporkan bahwa pada 18 Maret 2020, ia memperlihatkan gejala tertular Covid 19 dan melakukan isolasi mandiri. Diperkirakan Ferguson tertular saat mendatangi Konperensi Pers di Downing Street dua hari sebelumnya, sekaligus juga bertemu Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.[4]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama dphil