Pemberontakan Taiping | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Meriam Taiping melawan kapal perang Qing yang mengepung ibu kota Kerajaan Surgawi | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kerajaan Surgawi Taiping | |||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Kekuatan | |||||||
1,100,000+[1] | 500,000[2] | ||||||
Korban | |||||||
Kematian total: Setidaknya 20 juta, termasuk warga sipil dan tentara (perkiraan terbaik).[3] |
Pemberontakan Taiping (Hanzi sederhana: 太平天国运动; Tionghoa tradisional: 太平天國運動; pinyin: Taìpíng Tīanguó Yùndòng) adalah suatu pemberontakan besar atau perang saudara di Tiongkok yang berlangsung dari tahun 1850 hingga 1864, yang mana merupakan pertarungan antara Dinasti Qing yang dipimpin oleh suku Manchu dan gerakan milenarianisme Kristen dari Kerajaan Surgawi Perdamaian. Pemberontakan Taiping dimulai di provinsi barat daya Guangxi ketika para pejabat setempat meluncurkan kampanye penindasan terhadap suatu sekte Kristen yang dikenal sebagai Masyarakat Penyembah Tuhan; komunitas tersebut dipimpin oleh Hong Xiuquan, seseorang yang meyakini dirinya sebagai adik laki-laki Yesus Kristus. Peperangan tersebut sebagian besar berlangsung di provinsi Jiangsu, Zhejiang, Anhui, Jiangxi, dan Hubei, tetapi selama 14 tahun peperangan, pasukan Taiping telah memasuki semua provinsi dari Tiongkok pada umumnya selain Gansu. Peperangan tersebut merupakan yang terbesar di Tiongkok sejak Penaklukan Ming oleh Qing, dan dipandang sebagai salah satu perang paling berdarah dalam sejarah manusia, perang saudara paling berdarah, dan konflik terbesar pada abad ke-19 dengan perkiraan jumlah korban yang meninggal dunia antara 20-70 juta orang, serta jutaan lainnya tergusur dari kediamannya.[4]