|
Peperangan Makedonia (214–148 SM) adalah serangkaian konflik yang terjadi antara Republik Romawi dan sekutu-sekutu Yunani-nya di Mediterania bagian timur melawan beberapa kerajaan besar Yunani yang berbeda. Peperangan ini menghasilkan penguasaan atau pengaruh Romawi atas cekungan Mediterania timur, di samping hegemoni mereka di Mediterania barat setelah Peperangan Punisia. Secara umum, "Peperangan Makedonia" mencakup empat perang dengan Makedonia, di samping suatu perang dengan Kekaisaran Seleukia, dan sebuah perang kecil terakhir dengan Liga Akhaia (yang sering dianggap sebagai tahap akhir dari perang Makedonia akhir). Perang yang paling penting adalah pertempuran yang terjadi dengan Kekaisaran Seleukia, sementara perang dengan Makedonia adalah yang terpenting kedua, dan kedua perang ini secara efektif menandai berakhirnya kekaisaran ini sebagai kekuatan dunia utama, meskipun tak satu pun dari mereka segera menuju dominasi Romawi yang nyata.[1]
Empat perang terpisah adalah pertempuran yang terhjadi melawan kekuatan yang lebih lemah, Makedonia, karena kedekatan geografisnya dengan Roma, meskipun dua yang terakhir dari peperangan ini melawan pemberontakan sporadis daripada kekuatan militer yang kuat.[2] Pengaruh Romawi secara bertahap mengakhiri kemerdekaan Makedonia dan menyerapnya ke dalam kekaisaran yang menjadi kekaisaran global terkemuka. Perang dengan Kekaisaran Seleukia yang sedang merosot itu pada akhirnya berakibat fatal baginya juga, meskipun pengaruh Parthia dan Pontus yang semakin berkembang mencegah adanya konflik tambahan antaranya dengan Roma.[2]
Dari akhir Peperangan Makedonia hingga awal Kekaisaran Romawi, Mediterania timur tetap merupakan suatu jaringan pemerintahan yang terus bergeser dengan berbagai tingkat kemerdekaan dari, keadaan terjajah oleh, atau penguasaan militer langsung oleh, Roma.[3] Menurut Polibiuo,[4] yang berusaha menelusuri bagaimana Roma mendominasi wilayah timur Yunani dalam waktu kurang dari satu abad, peperangan Roma dengan Yunani digerakkan setelah beberapa negara kota Yunani mencari perlindungan Romawi terhadap Kerajaan Makedonia dan Kekaisaran Seleukia dalam menghadapi situasi destabilisasi yang disebabkan oleh melemahnya Mesir Ptolemaik.[5]
Berbeda dengan barat, wilayah timur Yunani telah didominasi oleh kekaisaran besar selama berabad-abad, dan pengaruh Romawi dan pencarian aliansi menyebabkan perang dengan kekaisaran-kekaisaran ini yang kemudian melemahkan mereka dan oleh karena itu menciptakan kekosongan kekuasaan yang tidak stabil di mana hanya Romawi yang mampu menenangkannya.[6] Hal ini memiliki beberapa kesamaan penting (dan beberapa perbedaan penting) dengan apa yang telah terjadi di Italia berabad-abad sebelumnya, tetapi kali ini dalam skala global. Para sejarawan[7] melihat pengaruh Romawi yang semakin berkembang di timur, sebagaimana di barat, bukanlah ihwal pembentukan kekaisaran yang disengaja, tetapi manajemen krisis terus-menerus yang hanya terfokus pada pencapaian tujuan jangka pendek dalam jaringan aliansi dan jajahan yang sangat tidak stabil, tidak dapat diprediksi, dan saling bergantung.[8] Dengan beberapa pengecualian utama dari kekuasaan militer langsung (seperti daerah-daerah di daratan Yunani), dunia Mediterania timur tetap merupakan suatu aliansi negara-kota dan kerajaan merdeka (dengan tingkat kemerdekaan yang berbeda-beda, baik de jure maupun de facto) hingga transisinya ke dalam Kekaisaran Romawi.[9] Baru setelah zaman Kekaisaran Romawi, Mediterania timur, beserta dengan seluruh dunia Romawi, diorganisasi menjadi provinsi-provinsi di bawah kendali Romawi yang gamblang.[10]