Perang Aleksander Agung | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Aleksander bertempur melawan Raja Persia, Darius III. Dari Mosaik Aleksander di Pompeii, Naples, Museum Arkeologi Nasional Naples | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Makedonia |
Kekaisaran Persia Paurawa suku Trakia Suku Iliria berbagai negara-kota Yunani Sogdia Uxians Suku dan kerajaan India | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Aleksander Agung dari Makedonia(Panglima Tertinggi) Parmenion Antipatros Ptolemaios I Soter Hephaestion Krateros Philotas Kleitus si Hitam Perdikas Coenus Lysimakhos Antigonos I Monophthalmos Nearkhos Kassandros Seleukos I Nikator |
Darius III dari Persia(Panglima Tertinggi) Puru Besos Spitamenes Madates |
Perang Aleksander Agung adalah serangkaian perang yang dilakukan oleh Raja Aleksander III dari Makedonia ("Yang Agung). Pertama-tama Aleksander berperang melawan Kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Darius III, kemudian melawan suku-suku di India sampai sejauh Punjabi. Aleksander adalah salah satu komandan militer paling sukses sepanjang masa dan dipercaya tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran. Ketika dia meninggal dunia, dia telah menaklukkan sebagian besar dunia yang diketahui oleh orang Yunani kuno.[1]
Aleksander menjadi raja Makedonia setelah kematian ayahnya, Filipus II, yang telah menaklukkan[2] sebagian besar negara kota di daratan utama Yunani di bawah hegemoni Makedonia dalam sebuah federasi yang disebut Liga Korinthos.[3] Setelah mengamankan kedaulatan Makedonia dengan menghentikan pemberontakan di Yunani selatan dan melakukan kampanye militer yang pendek namun berdarah melawan tetangga-tetangga Makedonia di utara, Aleksander bergerak ke timur menyerang Kekaisaran Persia Akhemeniyah, yang dipimpin oleh Raja Darius III, yang pada akhirnya berhasil dikalahkan oleh Aleksander. Daerah-daerah yang ditaklukkan oleh Aleksander meliputi Anatolia, Suriah, Punisia, Yudea, Gaza, Mesir, Baktria dan Mesopotamia. Dia juga memperluas kekaisarannya sampai sejauh Punjabi di India.
Sebelum meninggal, Aleksander telah membuat rencana ekspansi militer dan pedagangan ke Jazirah Arab, setelahnya dia berniat menyerang ke barat ke Kartago, Romawi, dan Semenanjung Iberia. Akan tetapi, Diadokhoi, para penerus Aleksander, mengabaikan rencana-rencana tersebut. Sebaliknya, beberapa tahun setelah Aleksander wafat, para Diadokhoi malah saling berperang satu sama lain, dan mengakibatkan kekaisaran Aleksander terpecah menjadi beberapa kerajaan, yang terlibat dalam peperangan selama 40 tahun.