Bagian dari seri |
Alkitab |
---|
Kanon Alkitab dan kitab-kitabnya |
Tanakh (Taurat · Nevi'im · Ketuvim) Kanon Alkitab Kristen · Alkitab Ibrani Perjanjian Lama (PL) · Perjanjian Baru (PB) Deuterokanonika · Antilegomena Bab dan ayat dalam Alkitab Apokrifa: (Yahudi · PL · PB) |
Perkembangan dan Penulisan |
Terjemahan dan Naskah |
Taurat Samaria Gulungan Laut Mati Teks Masorah Targum · Pesyita Septuaginta · Vulgata Alkitab Goth · Vetus Latina Alkitab Luther · Alkitab Inggris · Alkitab Indonesia |
Studi |
Kode Alkitab Novum Testamentum Graece Hipotesis dokumen Kategori PB Konsistensi internal Arkeologi · Artefak |
Tafsir |
Hermeneutika · Pesyer · Midras · Pardes · Penafsiran alegori Alkitab · Literalisme · Nubuat · Homoseksualitas |
Daftar dan Garis besar topik |
Artefak · Nama · Tokoh |
Yudaisme Rabinik mengakui 24 kitab dari Teks Masoret, yang biasanya disebut Tanakh atau Alkitab Ibrani, sebagai otoritatif.[1] Keilmuan modern menunjukkan bahwa kitab-kitab yang paling baru dituliskan adalah Kitab Yunus, Ratapan, dan Daniel, yang mana semuanya itu mungkin telah disusun hingga akhir abad ke-2 SM.
Kitab Ulangan mencakup suatu larangan terhadap penambahan atau pengurangan (Ulangan 4:2, Ulangan 12:32), yang mungkin berlaku pada kitab itu sendiri (yakni suatu "kitab tertutup", larangan atas penyuntingan tulisan pada masa mendatang) atau pada instruksi yang diterima Musa di Gunung Sinai.[2]
Kitab 2 Makabe (tidak termasuk dalam kanon Yahudi) menggambarkan bahwa Nehemia (sekitar tahun 400 SM) "menyusun sebuah perpustakaan dengan mengumpulkan berbagai buku tentang para raja dan para nabi, karangan-karangan Daud dan surat-surat para raja mengenai sumbangan-sumbangan bakti" (2 Makabe 2:13). Kitab Nehemia menunjukkan bahwa Ezra (seorang imam dan ahli kitab) mengembalikan Torah (Taurat) dari Babilonia ke Yerusalem dan Bait Kedua pada kurun waktu yang sama. Baik Kitab 1 Makabe maupun 2 Makabe menunjukkan bahwa Yudas Makabe (sekitar tahun 167 SM) juga mengumpulkan kitab-kitab suci (1 Makabe 3:42–50, 2 Makabe 2:13–15, 2 Makabe 15:6–9).
Tidak ada konsensus keilmuan mengenai kapan kanon Kitab Suci atau Alkitab Ibrani ditetapkan; beberapa akademisi berpendapat bahwa kanon tersebut ditetapkan oleh dinasti Hashmonayim,[3] sementara lainnya berpendapat bahwa tidak ada penetapan hingga abad ke-2 M atau bahkan setelahnya.[4] Komisi Kitab Suci Kepausan mengatakan bahwa "kanon Ibrani yang lebih ketat terbentuk kemudian setelah pembentukan Perjanjian Baru".[5]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Neusner