Pertempuran Laut Karang

Pertempuran Laut Karang
Bagian dari Perang Pasifik dalam Perang Dunia II
Ledakan di atas USS Lexington
Kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat Lexington meledak pada 8 Mei 1942, beberapa jam sesudah rusak akibat serangan udara pesawat-pesawat dari kapal induk Jepang.
Tanggal4 Mei-8 Mei 1942
LokasiLaut Koral, antara Australia, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon
Hasil Kemenangan strategis Sekutu;
Kemenangan taktis Kekaisaran Jepang
Pihak terlibat
Pihak Sekutu yang terdiri dari
 Amerika Serikat dan  Australia
Jepang Kekaisaran Jepang
Tokoh dan pemimpin
Amerika Serikat Frank J. Fletcher
Australia John Crace (RN/RAN)
Amerika SerikatThomas C. Kinkaid
Amerika Serikat Aubrey Fitch
Amerika Serikat Douglas MacArthur
Jepang Shigeyoshi Inoue
Jepang Takeo Takagi
Jepang Kiyohide Shima
Jepang Aritomo Gotō
Jepang Chūichi Hara
Kekuatan
2 kapal induk,
9 kapal penjelajah,
13 kapal perusak,
2 kapal tanker,
1 kapal induk amfibi,
128 pesawat kapal induk.[1]
2 kapal induk,
1 kapal induk ringan,
9 kapal penjelajah,
15 kapal perusak,
12 kapal perang yang lebih kecil,
1 kapal tanker,
1 kapal depot pesawat amfibi,
12 kapal angkut,
127 pesawat kapal induk.[2]
Korban
1 kapal induk,
1 kapal perusak,
1 tanker tenggelam,
1 kapal induk rusak,
69 pesawat hancur.[3]
656 tewas[4]
1 kapal induk ringan,
1 kapal perusak,
3 kapal perang yang lebih kecil tenggelam,
1 kapal induk,
1 kapal perusak,
2 kapal perang yang lebih kecil,
1 kapal angkut rusak,
92 pesawat hancur.[5]
966 tewas[6]

Pertempuran Laut Karang atau Pertempuran Laut Koral 4 Mei-8 Mei 1942 adalah pertempuran laut besar di medan Perang Pasifik antara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang melawan angkatan laut dan angkatan udara Sekutu dari Amerika Serikat dan Australia. Pertempuran ini merupakan pertempuran laut pertama antara dua armada yang melibatkan kapal induk, dan dicatat sebagai pertempuran laut pertama dalam sejarah yang melibatkan kapal-kapal perang kedua belah pihak yang tidak saling menembak secara langsung dari kapal.

Dalam usaha memperkuat posisi defensif wilayah Kekaisaran Jepang di Pasifik Selatan, Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menginvasi dan menduduki Port Moresby di Nugini dan Tulagi di tenggara Kepulauan Solomon. Rencana operasi ini disebut Operasi MO yang melibatkan beberapa unit utama dari Armada Gabungan Jepang, termasuk pesawat-pesawat dari dua kapal induk dan sebuah kapal induk ringan sebagai perlindungan udara armada invasi. Sebagai panglima tertinggi Jepang adalah Shigeyoshi Inoue. Amerika Serikat mengendus rencana Jepang lewat intersepsi radio dan mengerahkan dua gugus tugas kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat dan kekuatan gabungan kapal-kapal penjelajah Angkatan Laut Diraja Australia dan Amerika Serikat.

Pada 3 Mei dan 4 Mei, Jepang berhasil menginvasi dan menduduki Tulagi, walaupun beberapa kapal perang tenggelam atau rusak akibat serangan mendadak dari pesawat-pesawat yang berbasis di kapal induk Yorktown. Setelah mengetahui keberadaan kapal-kapal induk Amerika Serikat, armada kapal induk Jepang memasuki Laut Koral (Laut Karang) dengan tujuan menemukan dan menghancurkan semua kekuatan laut Sekutu.

Mulai 7 Juni, kapal induk dari kedua belah pihak saling melancarkan serangan udara selama dua hari berturut-turut. Pada hari pertama, Amerika Serikat menenggelamkan kapal induk ringan Jepang Shōhō. Sebaliknya serangan Jepang menenggelamkan kapal perusak Amerika Serikat dan mengakibatkan sebuah tanker rusak berat hingga harus ditenggelamkan. Pada hari berikutnya, kapal induk Jepang Shōkaku rusak parah, sementara kapal induk Amerika Amerika Serikat Lexington harus ditenggelamkan setelah rusak berat, dan Yorktown mengalami kerusakan. Armada kedua belah pihak mengundurkan diri dari kawasan pertempuran setelah kedua belah pihak mengalami kerugian besar. Pesawat-pesawat hancur dan kapal induk tenggelam atau rusak. Setelah kehilangan perlindungan udara dari kapal induk, Inoue menarik mundur armada invasi Port Moresby dengan maksud mencoba kembali di lain hari.

Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan taktis pihak Jepang dalam hal jumlah kapal-kapal musuh yang berhasil ditenggelamkan. Namun sebaliknya, pertempuran ini berarti kemenangan strategis bagi pihak Sekutu berdasarkan beberapa alasan. Ekspansi wilayah Jepang yang sebelumnya tidak tertahankan, untuk pertama kalinya berhasil ditahan dalam Pertempuran Laut Koral. Jepang juga mengalami kerugian besar. Kapal induk Shōkaku rusak berat sementara Zuikaku kehabisan pesawat sehingga tidak dapat turut serta dalam Pertempuran Midway yang berlangsung bulan berikutnya. Hal tersebut mengakibatkan kekuatan udara Amerika Serikat dan Jepang menjadi berimbang hingga pertempuran laut di Midway berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat. Empat kapal induk Jepang tenggelam di Midway sehingga usaha Jepang untuk kembali menginvasi Port Moresby dari laut terhenti. Dua bulan kemudian, Sekutu memanfaatkan kelemahan strategis Jepang di Pasifik Selatan untuk melancarkan Kampanye Guadalkanal. Bersama dengan dilakukannya Kampanye Nugini, Amerika Serikat akhirnya membobol pertahanan Jepang di Pasifik Selatan, dan akhirnya menjadi salah satu faktor penyebab kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.

  1. ^ Total pesawat di masing-masing kapal induk Amerika Serikat pada pagi 7 Mei: Lexington: 35 pengebom tukik SBD, 12 pengebom torpedo TBD, 19 pesawat tempur F4F3; Yorktown: 35 SBD, 10 TBD, 17 F4F3 (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 190).
  2. ^ Kapal-kapal perang yang lebih kecil terdiri dari 5 kapal penyapu ranjau, 2 kapal penyebar ranjau, 2 kapal pemburu selam, dan tiga kapal meriam. Total pesawat di masing-masing kapal induk Jepang: Shōkaku: 21 pengebom tukik Aichi D3A Tipe 99 "kanbaku", 19 pengebom torpedo Nakajima B5N Tipe 97 "kankō", 18 pesawat tempur A6M2 Zero; Zuikaku- 21 kankō, 22 kanbaku, 20 pesawat tempur Zero; Shōhō: 6 kankō, 4 pesawat tempur Mitsubishi A5M Tipe 96, 8 pesawat Zero (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 188; Millot, p. 154.) Cressman (p. 93) menyatakan Shōhō membawa 13 pesawat tempur tanpa merinci jumlah untuk masing-masing jenis. Dalam artikel ini dipakai jumlah menurut Lundstrom.
  3. ^ Wilmott (1983), p. 286; Crave, p. 449; Gillison, pp. 518–519. Yorktown kehilangan 16 pesawat sementara Lexington kehilangan 51 pesawat, termasuk 33 SBD, 13 TBD, dan 21 F4F. Satu pesawat patroli maritim PBY milik Royal Australian Air Force (RAAF) hilang pada 4 Mei dan sebuah pesawat yang sama pada 6 Mei (Gillison).
  4. ^ Total awak pesawat kapal induk yang tewas: Yorktown: 14, Lexington: 21. Total awak kapal perang yang tewas: Lexington: 216, Yorktown: 40, Sims: 178, Neosho: 175, dan Chicago: 2 (Phillips; ONI, pp. 25–45). Total awak 2 pesawat PBY yang hilang milik RAAF: 10.
  5. ^ Lundstrom, Guadalcanal Campaign, p. 92; Wilmott (1983), p. 286; Millot, p. 160. Rincian pesawat kapal induk yang hancur: 19 Zero, 19 kanbaku, dan 31 kankō. Millot menambahkan dua pesawat patroli maritim Kawanishi H6K, lima pesawat pengebom Mitsubishi G4M (Tipe 1), tiga pesawat amfibi kecil, dan 87 pesawat kapal induk hancur.
  6. ^ Total awak yang tewas di masing-masing kapal perang: awak pesawat kapal induk: 90, Shōhō: 631, Shōkaku: 108, pasukan invasi Tulagi 87, dan sekitar 50 tewas dalam H6K, Tipe 1, dan pesawat amfibi kecil yang jatuh/hancur (Peattie, pp. 174–175; Gill, p. 44; Tully, "IJN Shoho" and "IJN Shokaku").

Developed by StudentB