Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia

Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.
Tanggal27 Oktober – 20 November 1945
(3 minggu dan 3 hari)
LokasiSurabaya, Indonesia
Hasil
  • kemenangan Britania
  • Britania perlahan berhenti membantu Belanda mendirikan kembali koloninya di Indonesia dan menjadi netral.
  • Britania kemudian mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perubahan
wilayah
Pasukan Britania berhasil menduduki Surabaya; Seluruh pasukan ditarik dari Surabaya pada November 1946.
Pihak terlibat
Republik Indonesia
 Kekaisaran Britania
Tokoh dan pemimpin
Pasukan
  • 5th Indian Infantry Division
  • 23rd Indian Infantry Division
  • Kekuatan
    • 20.000 tentara infanteri (mayoritas mantan prajurit PETA)
    • 150.000 lebih personel milisi[1]
    30.000 tentara Kekaisaran Britania dan Angkatan Darat India Britania[1] dengan bantuan tank, pesawat, dan kapal perang
    Korban
    6.300[2]–15.000 tewas[3]; lebih dari 20.000 luka-luka 500–1,500 tewas[4]; paling sedikit 210 prajurit terluka

    Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran antara pasukan pejuang Indonesia yang diorganisasi oleh pasukan anggota eks. Pembela Tanah Air yang dibentuk oleh Pasukan Jepang dan Polisi Istimewa di waktu masa Pendudukan Jepang di Indonesia (yang dulunya Hindia Belanda) pada saat itu, yang bertujuan untuk mencegah pasukan sekutu pasca Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu di Perang Pasifik yang mendarat di kota Surabaya yang terdiri dari pasukan Kekaisaran Britania dengan sukarelawan Persemakmuran Britania yakni Angkatan Darat India Britania dengan mendapatkan dukungan khusus oleh tentara Kekaisaran Belanda. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan Sekutu setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme.[2] Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia makin kuat. 10 November diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.

    Ketika pasukan Britania mendarat pada akhir Oktober 1945, Surabaya digambarkan sebagai "benteng bersatu yang kuat [di bawah Pemuda]".[5] Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A. W. S. Mallaby tewas dalam baku tembak.[5] Britania melakukan serangan balasan punitif pada 10 November dengan bantuan pesawat tempur. Pasukan kolonial merebut sebagian besar kota dalam tiga hari, pasukan Republik yang minim senjata melawan selama tiga minggu, dan ribuan orang meninggal dunia ketika penduduk kota mengungsi ke pedesaan.

    Meskipun kalah dan kehilangan anggota dan persenjataan, pertempuran yang dilancarkan pasukan Republik membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya dan menarik perhatian internasional. Belanda tidak lagi memandang Republik sebagai kumpulan pengacau tanpa dukungan rakyat. Pertempuran ini juga meyakinkan Britania untuk mengambil sikap netral dalam revolusi nasional Indonesia; beberapa tahun kemudian, Britania mendukung perjuangan Indonesia di PBB.[2]

    1. ^ a b Indonesian Heritage.
    2. ^ a b c Ricklefs, hlm. 217.
    3. ^ Vickers, hlm. 98.
    4. ^ Woodburn Kirby.
    5. ^ a b Parrott.

    Developed by StudentB