Poso | |
---|---|
Julukan: Kota Harmoni | |
Motto: Sintuwu Maroso | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Tengah |
Kabupaten | Kabupaten Poso |
Kecamatan | 3 |
Kelurahan | 19 |
Dibentuk | 1 Maret 1895 |
Luas | |
• Ibu kota kabupaten | 60,46 km2 (2,334 sq mi) |
• Luas daratan | 54,38 km2 (2,100 sq mi) |
• Luas perkotaan | 11,8 km2 (46 sq mi) |
Populasi (2024[1]) | |
• Ibu kota kabupaten | 41,222 |
• Kepadatan | 758,12/km2 (196,350/sq mi) |
• Perkotaan | 20,688 |
• Kepadatan perkotaan | 1,864/km2 (4,830/sq mi) |
Zona waktu | UTC+8 (WITA) |
Kode area telepon | 452 |
Poso (Ejaan Van Ophuijsen: Posso; IPA: [pɔsɔ]; ⓘ), adalah ibu kota Kabupaten Poso. Posisi Poso terletak di tengah Pulau Sulawesi, di pesisir Teluk Tomini, dan menjadi kota pelabuhan dan perhentian utama di pesisir tengah bagian selatan Teluk Tomini.[2] Kota Poso dilewati oleh Sungai Poso yang mengalir dari Danau Poso di kecamatan Pamona Puselemba. Wilayah perkotaannya melingkupi tiga kecamatan, yaitu Poso Kota, Poso Kota Utara dan Poso Kota Selatan. Pada tahun 2024, penduduk kota Poso dari tiga kecamatan tersebut berjumlah 41.222 jiwa.
Kota ini mulai berkembang sebagai kota pelabuhan kecil di mulut Sungai Poso pada akhir abad ke-19—menjadikannya sebagai salah satu kota tertua di Sulawesi Tengah, dan merupakan salah satu kota penting bagi Belanda untuk mengontrol wilayah selatan Teluk Tomini pada awal kedatangan mereka. Poso adalah pusat pemerintahan dari Landschap Poso, Onderafdeling Poso, dan Afdeling Poso pada zaman kolonial. Pada pertengahan Perang Dunia II, Jepang menjadikan Poso sebagai salah satu tangsi militer mereka. Poso sempat menjadi ibu kota Sulawesi Tengah pada tahun 1948, sebelum dipindahkan ke Palu.
Kota ini dilanda konflik komunal menjelang akhir tahun 1998, dan berlangsung sampai setidaknya tahun 2001. Kerusuhan terjadi dan menyebar ke hampir seluruh wilayah di Kabupaten Poso, menyebabkan sekitar 100 ribu jiwa mengungsi ke daerah lain. Pemerintah bertindak dengan menggelar deklarasi damai untuk kedua belah pihak, dan kerusuhan mulai menyurut—meskipun tidak sepenuhnya. Baru pada awal tahun 2007, operasi kepolisian berhasil menangkap mereka yang dianggap terlibat dalam serangkaian aksi teror di Poso. Tahun-tahun berikutnya ditandai dengan peningkatan kualitas ekonomi dan infrastuktur kota dalam berbagai sektor.
Dilayani oleh Bandar Udara Kasiguncu, Poso terhubung melalui udara dengan kota-kota lain di Indonesia seperti Palu dan Makassar. Posisi Poso yang terletak di tengah, dan dilalui oleh Jalan Nasional Trans Sulawesi yang merupakan jalur strategis yang menghubungkan antar provinsi di pulau Sulawesi, membuat kota ini menjadi pusat perhentian baik dari utara maupun selatan, atau dari barat dan timur Sulawesi. Alasan ini pula yang membuat penduduk Poso terdiri dari berbagai jenis suku, agama, dan latar belakang.
Ekonomi kota ditopang melalui sektor perdagangan dan jasa.