Sejarah Gereja Katolik

Menurut Tradisi Suci Kristen Katolik, titik anjak sejarah Gereja Katolik adalah pribadi dan ajaran Yesus Kristus (sekitar tahun 4 SM sampai sekitar tahun 30 M), dan Gereja Katolik merupakan kesinambungan dari jemaat Kristen Purba bentukan murid-murid Yesus.[1] Gereja Katolik menghormati uskup-uskupnya sebagai para pengganti rasul-rasul Yesus, dan menghormati Uskup Roma sebagai satu-satunya pengganti Santo Petrus,[2] rasul yang berkarya di kota Roma pada abad pertama Masehi sesudah ditetapkan Yesus menjadi kepala Gereja.[3][4] Pada akhir abad ke-2, para uskup mulai menyelenggarakan musyawarah-musyawarah tingkat daerah guna menuntaskan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ajaran dan kebijakan.[5] Pada abad ke-3, Uskup Roma mulai menjadi semacam hakim agung, penuntas perkara-perkara yang tidak dapat dituntaskan uskup-uskup lain.[6]

Agama Kristen tersebar ke seantero wilayah Kekaisaran Romawi, kendati dianiaya karena bertentangan dengan kepercayaan pagan yang kala itu berstatus agama negara. Aniaya baru reda sesudah agama Kristen dilegalkan Kaisar Konstantinus I pada tahun 313. Pada tahun 380, agama Kristen Katolik ditetapkan Kaisar Teodosius I menjadi agama negara Kekaisaran Romawi. Agama Kristen menjadi agama negara Kekaisaran Romawi sampai Kekaisaran Romawi Barat runtuh, dan bertahan menjadi agama negara Kekaisaran Romawi Timur sampai kota Konstantinopel jatuh ke tangan bangsa Turki. Konsili Oikumene yang pertama sampai dengan yang ke-7 terselenggara semasa agama Kristen menjadi agama negara. Menurut sejarawan Gereja, Eusebius, ada lima keuskupan terkemuka ketika itu, yakni keuskupan Roma, keuskupan Konstantinopel, keuskupan Antiokhia, keuskupan Yerusalem, dan keuskupan Aleksandria. Kelima keuskupan ini disebut Pancatantra (bahasa Yunani: Πενταρχία, Pentarkia; bahasa Latin: Pentarchia).

Pertempuran di Toulouse mampu mengekalkan eksistensi Gereja Katolik di belahan Dunia Barat, kendati Roma diluluhlantakkan pada tahun 850, dan Konstantinopel sudah terkepung. Pada abad ke-11, kerenggangan silaturahmi antara Gereja Yunani di Dunia Timur dan Gereja Latin di Dunia Barat akhirnya bermuara pada Skisma Akbar. Salah satu pemicunya adalah sengketa seputar ruang lingkup kewenangan Uskup Roma. Perang Salib IV dan aksi penjarahan kota Konstantinopel yang dilakukan Laskar Salib membuat keterpecahan ini menjadi paripurna. Pada abad ke-16, Gereja Katolik menanggapi gerakan Reformasi Protestan dengan gerakan pembaharuan internal yang dikenal dengan sebutan Kontra Reformasi.[7] Pada abad-abad selanjutnya, agama Kristen Katolik menyebar ke segenap penjuru dunia, kendati mengalami penurunan jumlah pemeluk di Eropa akibat pertumbuhan agama Kristen Protestan dan merajalelanya sikap skeptis terhadap agama pada Abad Pencerahan maupun sesudahnya. Konsili Vatikan II, yang diselenggarakan pada dasawarsa 1960-an, adalah konsili yang menghasilkan perubahan-perubahan terpenting di bidang amalan Gereja Katolik sesudah Konsili Trente yang diselenggarakan empat abad sebelumnya.

  1. ^ "Vatican congregation reaffirms truth, oneness of Catholic Church". Catholic News Service. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 July 2007. Diakses tanggal 17 March 2012. 
  2. ^ (Inggris) "Paragraph 862", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012, diakses tanggal 16 November 2014 
  3. ^ Hitchcock, Geography of Religion (2004), hlm. 281, kutipan: "Beberapa (jemaat) di antaranya dibentuk Petrus, murid yang ditetapkan Yesus menjadi pendiri Gereja. Ketika jabatan ini terlembagakan, para sejarawan pun mengilas balik ke masa silam dan mengakui bahwa Petrus adalah paus pertama umat Kristen di kota Roma"
  4. ^ Norman, The Roman Catholic Church an Illustrated History (2007), hlmn. 11, 14, kutipan: "Gereja ini didirikan Yesus sendiri semasa hidupnya di dunia.", "Karya kerasulan ini dibentuk di Roma, ibu kota dunia ketika Gereja pertama kali berdiri; jelas-jelas kota inilah yang dijadikan pusat panduan ajaran agama Kristen sedunia–Uskup Romalah yang sejak semula diminta uskup-uskup lain untuk menuntaskan silang pendapat."
  5. ^ Chadwick, Henry, hlm. 37.
  6. ^ Duffy, hlm. 18.
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Norman81

Developed by StudentB