Serangan bunuh diri

USS Bunker Hill (CV-17) setelah serangan kamikaze yang dilakukan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada 11 Mei 1945.
Beberapa serangan bunuh diri terkoordinasi yang menargetkan Amerika Serikat pada 11 September 2001. Foto di atas memperlihatkan ledakan yang disertai kepulan asap dan hancurnya menara kembar WTC, yang diakibatkan oleh para pembajak dengan terencana menabrakkan pesawat ke gedung tersebut.

Serangan bunuh diri adalah suatu serangan yang dilakukan penyerangnya dengan maksud untuk membunuh orang lain dengan tujuan untuk turut mati dalam proses serangannya, misalnya dengan sebuah ledakan bom atau tabrakan yang dilakukan oleh si penyerang. Istilah ini kadang-kadang digunakan secara bebas untuk sebuah kejadian yang maksud si penyerang tidak cukup jelas meskipun ia hampir pasti akan mati karena pembelaan diri atau pembalasan dari pihak yang diserang.

Pada zaman modern, serangan seperti itu sering kali dilakukan dengan bantuan kendaraan atau bahan peledak seperti bom (bom bunuh diri) atau keduanya (misalnya kendaraan yang dimuati dengan bahan peledak). Bila semua rencana berjalan mulus, si penyerang akan terbunuh dalam tabrakan atau peledakan.

Serangan bunuh diri adalah sejenis taktik, yang direncanakan dan diorganisir oleh kelompok militer atau paramiliter yang berkomitmen tinggi. Menurut Robert Pape, direktur Proyek Chicago tentang terorisme bunuh diri dan pakar tentang bom bunuh diri, 95% dari serangan-serangan itu di waktu-waktu belakangan ini mempunyai tujuan strategis spesifik yang sama: memaksa negara yang menduduki untuk menarik pasukan-pasukannya dari sebuah wilayah yang diperebutkan. Pape mencatat bahwa dalam beberapa dasawarsa terakhir serangan-serangan bunuh diri sebagai taktik politik digunakan untuk melawan negara-negara demokratis di mana opini publik memainkan peranan dalam menentukan kebijakan.

Sebagai taktik militer yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian materi dalam perang, serangan bunuh diri menjadi terkenal pada masa Perang Dunia II di Pasifik ketika kapal-kapal Sekutu diserang oleh pilot-pilot kamikaze Jepang dengan menerbangkan pesawat terbang mereka yang dimuati dengan bahan peledak ke sasaran-sasaran militer. Sejak 1980-an, biaya yang dianggap murah dan daya rusak yang hebat dari taktik ini mungkin menjadi alasan mengapa ia makin banyak dipergunakan oleh gerakan-gerakan perlawanan, termasuk para gerilyawan dan kelompok-kelompok pemberontak—yang distilahkan sebagai "kelompok-kelompok teroris oleh pemerintah yang menjadi sasaran. Yang paling menonjol taktik ini telah digunakan di Timur Tengah dan Sri Lanka.


Developed by StudentB