14Si Silikon | |||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sifat umum | |||||||||||||||||||||||||||||||
Pengucapan | /silikon/[1] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Alotrop | lihat alotrop silikon | ||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | kristalin, reflektif dengan muka berwarna kebiruan | ||||||||||||||||||||||||||||||
Silikon dalam tabel periodik | |||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Nomor atom (Z) | 14 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Golongan | golongan 14 (golongan karbon) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Periode | periode 3 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Blok | blok-p | ||||||||||||||||||||||||||||||
Kategori unsur | metaloid | ||||||||||||||||||||||||||||||
Berat atom standar (Ar) |
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Konfigurasi elektron | [Ne] 3s2 3p2 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Elektron per kelopak | 2, 8, 4 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Sifat fisik | |||||||||||||||||||||||||||||||
Fase pada STS (0 °C dan 101,325 kPa) | padat | ||||||||||||||||||||||||||||||
Titik lebur | 1687 K (1414 °C, 2577 °F) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Titik didih | 3538 K (3265 °C, 5909 °F) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Kepadatan mendekati s.k. | 2,3290 g/cm3 | ||||||||||||||||||||||||||||||
saat cair, pada t.l. | 2,57 g/cm3 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Kalor peleburan | 50,21 kJ/mol | ||||||||||||||||||||||||||||||
Kalor penguapan | 383 kJ/mol | ||||||||||||||||||||||||||||||
Kapasitas kalor molar | 19,789 J/(mol·K) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Tekanan uap
| |||||||||||||||||||||||||||||||
Sifat atom | |||||||||||||||||||||||||||||||
Bilangan oksidasi | −4, −3, −2, −1, 0,[2] +1,[3] +2, +3, +4 (oksida amfoter) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Elektronegativitas | Skala Pauling: 1,90 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Energi ionisasi | ke-1: 786,5 kJ/mol ke-2: 1577,1 kJ/mol ke-3: 3231,6 kJ/mol (artikel) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Jari-jari atom | empiris: 111 pm | ||||||||||||||||||||||||||||||
Jari-jari kovalen | 111 pm | ||||||||||||||||||||||||||||||
Jari-jari van der Waals | 222 pm | ||||||||||||||||||||||||||||||
Lain-lain | |||||||||||||||||||||||||||||||
Kelimpahan alami | primordial | ||||||||||||||||||||||||||||||
Struktur kristal | kubus-rombus acuan muka | ||||||||||||||||||||||||||||||
Kecepatan suara batang ringan | 8433 m/s (suhu 20 °C) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Ekspansi kalor | 2,6 µm/(m·K) (suhu 25 °C) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Konduktivitas termal | 149 W/(m·K) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Resistivitas listrik | 2,3×103 Ω·m (suhu 20 °C)[4] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Celah pita | 1,12 eV (suhu 300 K) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Arah magnet | Diamagnetik[5] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Suseptibilitas magnetik molar | −3,9×10−6 cm3/mol (298 K)[6] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Modulus Young | 130–188 GPa[7] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Modulus Shear | 51–80 GPa[7] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Modulus curah | 97,6 GPa[7] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Rasio Poisson | 0,064–0,28[7] | ||||||||||||||||||||||||||||||
Skala Mohs | 6,5 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Nomor CAS | 7440-21-3 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||||||||||||||||||||
Penamaan | dari Latin silex atau silicis, 'batu api' | ||||||||||||||||||||||||||||||
Prediksi | A. Lavoisier (1787) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Penemuan | J. Berzelius[8][9] (1823) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Isolasi pertama | J. Berzelius (1824) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Asal nama | T. Thomson (1817) | ||||||||||||||||||||||||||||||
Isotop silikon yang utama | |||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||
Silikon (bahasa Latin: silicium; bahasa Inggris: silicon), yang juga disebut zat pasir, adalah unsur kimia dengan lambang Si dan nomor atom 14. Senyawa yang dibentuk bersifat paramagnetik. Unsur kimia ini ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius. Silikon merupakan unsur metaloid tetravalen, bersifat lebih tidak reaktif daripada karbon (unsur nonlogam yang tepat berada di atasnya pada tabel periodik, tetapi lebih reaktif daripada germanium, metaloid yang berada persis di bawahnya pada tabel periodik. Kontroversi mengenai sifat-sifat silikon bermula sejak penemuannya: silikon pertama kali dibuat dalam bentuk murninya pada tahun 1824 dengan nama silisium (dari kata bahasa Latin: silicis), dengan akhiran -ium yang berarti logam. Meski begitu, pada tahun 1831, namanya diganti menjadi silikon karena sifat-sifat fisiknya lebih mirip dengan karbon dan boron.
Silikon merupakan elemen terbanyak kedelapan di alam semesta dari segi massanya, tetapi sangat jarang ditemukan dalam bentuk murni di alam. Silikon paling banyak terdistribusi pada debu, pasir, planetoid, dan planet dalam berbagai bentuk seperti silikon dioksida atau silikat. Lebih dari 90% kerak bumi terdiri dari mineral silikat, menjadikan silikon sebagai unsur kedua paling melimpah di kerak bumi (sekitar 28% massa) setelah oksigen.[10]
Silikon sering digunakan untuk membuat serat optik dan dalam operasi plastik digunakan untuk mengisi bagian tubuh pasien dalam bentuk silikone.
Silikon dalam bentuk mineral dikenal pula sebagai zat kersik.
Sebagian besar silikon digunakan secara komersial tanpa dipisahkan, terkadang dengan sedikit pemrosesan dari senyawanya di alam. Contohnya adalah pemakaian langsung batuan, pasir silika, dan tanah liat dalam pembangunan gedung. Silika juga terdapat pada keramik. Banyak senyawa silikon modern seperti silikon karbida yang dipakai dalam pembuatan keramik berdaya tahan tinggi. Silikon juga dipakai sebagai monomer dalam pembuatan polimer sintetik silikone.
Unsur silikon juga berperan besar terhadap ekonomi modern. Meski banyak silikon digunakan pada proses penyulingan baja, pengecoran aluminium, dan beberapa proses industri kimia lainnya, sebagian silikon juga digunakan sebagai bahan semikonduktor pada elektronik-elektronik. Karena penggunaannya yang besar pada sirkuit terintegrasi, dasar dari komputer, maka kelangsungan teknologi modern bergantung pada silikon.
Silikon juga merupakan elemen esensial pada biologi, meskipun hanya dibutuhkan hewan dalam jumlah amat kecil.[11] Beberapa jenis makhluk hidup yang membutuhkannya antara lain jenis porifera dan mikroorganisme jenis diatom. Silikon digunakan untuk membuat struktur tubuh mereka.